Saparua, Malteng (ANTARA News) - Penyelenggaraan "Duurstede Festival" di Pulau Saparua, Maluku Tengah (Malteng) diharapkan mendongkrak sektor periwisata di Kepulauan Lease yang meliputi Pulau Saparua, Nusalaut dan Pulau Haruku.
"Kami berharap Duurstede Festival dapat menjadi salah satu daya dorong bangkitnya sektor periwisata di Kepulauan Lease yang hingga saat ini masih tertinggal dibanding daerah lainnya di Maluku," kata ketua Badan pekerja Harian (BPH) Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) John Ruhulesin, saat membuka festival seni dan budaya tersebut, di Saparua, Senin.
Menurutnya, sudah waktunya sektor periwisata di kepulauan penghasil rempah-rempah berupa cengkeh dan pala yang terkenal sejak abad 16 di jaman Portugis dan Belanda tersebut, kembali bangkit dan berkembang dan menjadi salah satu sumber pendapatan dan peningkatan ekonomi masyarakat setempat.
"Potensi pariwisata di Kepulauan Lease sangatlah besar baik wisata bahari yang masih alamiah maupun seni dan budaya tradisonal yang dimiliki masyarakat, di samping sejarah masa lampau," katanya.
Berbagai potensi wisata ini, tandasnya, jika digerakkan melalui kerja sama berbagai komponen dapat menjadi salah satu potensi unggulan untuk pembangunan daerah maupun kesejahteraan masyarakat di masa mendatang.
Karena itu, John Ruhulesin menyambut baik digelarnya Duurstede Festival oleh Klasis Gereja Protestan Maluku (GPM) Pulau-Pulau Lease bekerja sama dengan Ambonesia Foundation, M-Tree Community, Wonderful Indonesia dan DPD PAPPRI Maluku.
Dia berharap, Duurstede Festival dapat ditingkatkan sebagai kegiatan tahunan yang melombakan berbagai seni dan budaya maupun olahraga tradisional setempat, tetapi mulai dilupakan atau ditinggalkan oleh masyarakat.
John juga mengajak pemerintah kabupaten Maluku Tengah, terutama Dinas Pariwisata setempat untuk ikut berperan serta mengembangkan dan festival yang untuk pertama kalinya digelar dalam skala besar di Pulau Saparua, sehingga menjadi salah satu daya tarik bagi peningkatan arus kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri ke daerah itu.
"Gereja atau pun komunitas tidak bisa melaksanakan semua even ini sendiri karena terkendala masalah sana. Karena itu perlu keterlibatan dan campur tangan pemerintah untuk bersama-sama menggelarnya, terutama promosi lebih gencar sehingga festival ini dapat berkembang dan dikenal maupun diketahui secara luas di tanah air," ujarnya.
Pewarta: Jimmy Ayal
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015