Oslo (ANTARA News) - Jumlah skema harga karbon di seluruh dunia bertambah menjadi hampir dua kali lipat sejak 2012 tapi kebanyakan masih mematok harga yang terlalu rendah untuk mencegah pemanasan global menurut Bank Dunia.
Menurut Bank Dunia, jumlah instrumen harga karbon, yang diterapkan atau direncanakan, telah meningkat menjadi 38 dari 20 sejak 2012.
Skema harga karbon, yang meliputi skema perdagangan emisi dari California ke Tiongkok, sekarang meliputi sekitar 12 persen dari seluruh emisi gas rumah kaca.
Korea Selatan misalnya, mulai berdagang karbon tahun ini. Sementara Chile dan Afrika Selatan berencana memungut pajak dari emisi karbon.
"Ada peningkatan perasaan yang tak terelakkan...bahwa akan ada harga pada karbon untuk pemerintah dan bisnis," kata Rachel Kyte, wakil presiden dan utusan khusus untuk perubahan iklim di Bank Dunia, dalam konferensi pers lewat telepon.
Hasil studi menunjukkan bahwa harga karbon, yang ditujukan untuk mengalihkan investasi dari bahan bakar fosil ke energi yang lebih bersih seperti angin dan surya, berkisar antara kurang dari satu dolar AS per ton karbon dioksida di Meksiko dan 130 dolar AS per ton di Swedia.
Dalam lebih dari 85 persen kasus harganya kurang dari 10 dolar AS per ton, "jauh lebih rendah" ketimbang tingkat yang dibutuhkan untuk membatasi peningkatan suhu dua derajat Celcius (3,6 Fahrenheit) di atas rata-rata suhu masa pra-industri sesuai tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menurut laporan tersebut.
Bank Dunia tidak menyarankan target harga.
Nilai gabungan dari instrumen harga karbon diperkirakan 50 miliar dolar AS per tahun di seluruh dunia, dengan 34 miliar dolar AS dari pasar dan 16 miliar dolar lainnya dari pajak.
Setahun lalu, 73 negara dan lebih dari 1.000 perusahaan dan investor menyeru penetapan harga karbon.
Kyte mengatakan kelompok itu menjadi "koalisi kuat" yang akan menyampaikan pengumuman sebelum pertemuan iklim Paris. Tapi dia tidak memberikan rincian.
Laporan paralel dari Bank Dunia dan Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD), dengan masukan dari Dana Moneter Internasional, juga meletakkan prinsip-prinsip baru untuk harga karbon yang disebut FASTER.
FASTER merupakan kependekan dari Fairness, Alignment of policies and objectives, Stability and predictability, Transparency, Efficiency and cost effectiveness and Reliability and environmental integrity (Keadilan, Penyelarasan kebijakan dan tujuan, Stabilitas dan keterkiraan, Transparansi, Efisiensi dan efektivitas biaya, serta Keandalan dan keterpaduan lingkungan).
"Penetapan harga karbon adalah pusat upaya pencarian transisi berbiaya efektif menuju emisi nol di paru kedua abad ini," kata Angel Gurría, Sekretaris Jenderal OECD, seperti dilansir kantor berita Reuters.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015