Wonosobo (ANTARA News) - Tradisi baritan di Desa Simbang, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, yang digelar masyarakat pascapanen didorong menjadi agenda wisata tahunan, kata Kepala Kantor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kabupaten Wonosobo, Agus Purnomo.
Agus di Wonosobo, Minggu, mengatakan dari tujuan awal sekadar melestarikan tradisi nenek moyang untuk memuliakan ternak, baritan (bubar ngarit selamatan) tersebut, ke depan bisa dikemas lebih menarik sehingga layak dijadikan sebagai agenda wisata budaya.
"Tradisi baritan ini unik sekali, karena selain menampilkan sapi-sapi terbaik milik warga setempat, juga diiringi pertunjukan kesenian khas Desa Simbang, Kecamatan Kalikajar," katanya.
Menurut dia dengan masuknya unsur tradisi dan budaya serta tampilnya beragam jenis kesenian khas, baritan yang digelar para petani setiap selesai masa panen padi tersebut sangat potensial untuk menarik wisatawan.
Kepala Desa Simbang, Budi Santoso mengatakan tradisi Baritan merupakan ungkapan rasa syukur para petani dan peternak atas hasil panen.
"Digelar setiap selesai panen, sebagai wujud rasa syukur kami kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta menjadi media untuk memanjatkan doa agar di masa-masa mendatang, panen dan ternak kami semakin berkembang," katanya.
Sisi keunikan baritan, katanya juga terletak pada pemilihan hari untuk menggelar acara ini.
"Baritan ini tidak bisa digelar di luar hari Kliwon di penanggalan Jawa," terang Budi.
Sebagai wujud syukur, katanya tradisi baritan kemudian dilengkapi dengan pesta makan bersama atau kembul bujono.
"Setelah sapi-sapi berbaris rapi di lapangan, warga menyaksikan aneka gelar kesenian seperti emblek dan tarian lengger, kemudian dilanjutkan dengan makan bersama nasi megono," katanya.
Seiring perkembangan zaman, katanya baritan kini juga menjadi ajang lomba untuk memilih sapi-sapi terbaik. Selain itu, momen tersebut juga dimanfaatkan oleh Dinas Pertanian dan Peternakan untuk melakukan pemeriksaan hewan ternak.
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015