Sana'a (ANTARA News) - Serangan udara jet-jet tempur koalisi pimpinan Arab Saudi menewaskan 15 orang di ibu kota Yaman dalam salah satu malam pengeboman terberat menurut para pekerja bantuan dan saksi pada Sabtu (19/9).
Seorang penolong mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa setidak-tidaknya 10 warga sipil termasuk di antara korban yang tewas.
"Sepuluh anggota satu keluarga tewas di lingkungan Al-Falihi di kota tua Sana'a," katanya.
Di samping itu, menurut warga, empat rumah hancur dan 15 bangunan lain rusak akibat pengeboman.
Para saksi menyatakan lima gerilyawan Houthi tewas dalam serangan terhadap kedudukan mereka di Ibu Kota, yang direbut pejuang Syiah dukungan Iran tersebut tahun lalu.
Sekutu pimpinan Arab Saudi melancarkan serangan udara terhadap kedudukan pemberontak di seluruh Yaman sejak Maret serta mengerahkan tentara dan memberikan pelatihan dan senjata berat kepada pasukan yang berusaha mengembalikan pemerintahan presiden dalam pengasingan Abedrabbo Mansour Hadi.
Warga lingkungan Al-Hassaba, Sana'a, menyatakan jet-jet sekutu melakukan beberapa serangan semalam, menyasar satu gedung Kementerian Dalam Negeri dan kantor polisi.
Kediaman presiden terguling Ali Abdullah Saleh, yang pasukannya bersekutu dengan Houthi, juga dibom, selain kantor partai politiknya, kata warga.
Di jalan Zubeiri tengah, kantor komunikasi tentara diserang untuk pertama kalinya oleh koalisi. Bangunan itu digunakan oleh kantor berita Saba, pendukung Houthi, serta media lain, kata juru bicara pemberontak.
Menurut keterangan warga, di lingkungan selatan, Hadda, kediaman duta besar Oman dibom dalam serangan udara yang menyasar rumah pejabat Houthi di dekatnya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Oman mengutuk serangan itu, kata kantor berita ONA, tanpa mengatakan apakah utusan tersebut di rumah pada saat itu.
"Oman menyeru Perserikatan Bangsa-Bangsa mengambil langkah untuk mengakhiri perang di Yaman," kata juru bicara itu.
Oman, satu-satunya negara Teluk yang tidak menjadi anggota koalisi, menawarkan diri menjadi tuan rumah perundingan perdamaian yang ditengahi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) antara pemerintah dengan pemberontak.
Pemerintah Yaman awal pekan ini menyatakan tidak akan menghadiri pembicaraan kecuali pemberontak lebih dulu menerima resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut penarikan pasukan mereka dari wilayah yang mereka rebut.
Pemberontak masih menguasai Sana'a tapi kehilangan wilayah di selatan sejak Juli ketika sekutu mengirim senjata serta tentara dan pejuang Yaman yang dilatih di Arab Saudi.
Riyadh membentuk persekutuan itu untuk merespons ketakutan bahwa Houthi akan mengambil alih seluruh Yaman dan memasukkan Iran, pesaing wilayahnya, ke dalam orbit Saudi.
Pengulas memperkirakan sekutu memiliki lebih dari 5.000 tentara di Yaman untuk mendukung pasukan setempat.
Di Provinsi Marib, timur Sana'a, tempat pasukan pendukung Hadi melancarkan serangan darat besar-besaran, beberapa kedudukan Houthi juga dibom semalam, kata sumber tentara.
Serangan Marib itu dimulai setelah serangan peluru kendali pada awal September terhadap pangkalan sekutu di provinsi tersebut menewaskan 67 tentara sekutu, termasuk 52 dari Uni Emirat Arab.
Sumber tentara Yaman kepada AFP menyatakan Jenderal Fahd bin Turki, komandan pasukan darat dukungan Arab Saudi di Yaman, memeriksa tentara di Marib pada Jumat malam.
PBB menyatakan hampir 4.900 orang tewas sejak akhir Maret di Yaman, tempat yang menurut kepala bantuan badan dunia itu tingkat penderitaan manusia hampir tidak bisa dimengerti, demikian seperti dilansir kantor berita AFP.(Uu.B002)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015