Mungkin saya KW-nya pak, sekarang kan banyak KW-KW

Mekkah (ANTARA News) - Pergerakan Lukman Hakim Saifudin di Tanah Suci, khususnya di Mekkah Al Mukarammah, kadang agak sulit ditebak.

Pernah suatu pagi, tim Media Center Haji (MCH) tiba-tiba dikabari bahwa Menteri Agama yang dilantik 27 Oktober 2014 itu akan mengunjungi dapur perusahaan katering di Mekkah.

Tidak semua wartawan dalam tim MCH Mekkah siap meliput pagi hari karena biasanya mereka bekerja hingga larut malam. Dan pagi itu hanya tiga awak media yang siap, yaitu ANTARA, Republika, dan Detik. Itu pun tidak semua siap dengan pakaian seragam putih hitam.

"Sudah, jalan aja dulu," kata Kepala Seksi MCH Daker Mekkah Khoeron Abdurori .

Beruntung pada kegiatan sang menteri selanjutnya, agak lebih terjadwal, meskipun pada blusukan Kamis malam lalu, beberapa wartawan tetap tertinggal dari langkahnya yang cepat dan sigap, sampai-sampai harus pasrah shalat di selasar jalan menuju Mesjidil Haram, masih dalam Terminal Bab Ali.

Kami baru bertemu Ketua Amirul Hajj itu ketika dia bersama Sekretaris Menteri Khoerul Huda Basyir dan Kapushumas Rudi Subyantoro kembali ke terminal Bab Ali untuk merasakan langsung perjuangan jemaah naik bus guna kembali ke pemondokan masing-masing.

Blusukannya kali ini sengaja tidak dibuat mencolok. Wartawan televisi yang ikut pun diminta tidak membawa kamera besar karena mantan wakil Ketua MPR-RI 2009-2014 itu tidak ingin dikenali jemaah.

Ketika sampai di Terminal Bab Ali, Lukman yang ramah menyapa seorang calon haji perempuan tua. "Ibu mau kemana?" tanya doa di tengah deru bus dan teriakan petugas yang mengatur lalu lintas di terminal.

"Pemondokan 306," ujar sang ibu spontan, tak mengenali siapa yang menyapanya itu.

Begitu bus datang, seperti anggota jemaah calon haji lainnya, dengan hanya mengenakan baju koko putih lengan pendek, Lukman ikut berdesak-desakan menaiki bus warna oranye milik BUMN Arab Saudi, Saptco.

Bus ini disiapkan Pemerintah Arab Saudi untuk melayani jemaah calon haji dari seluruh dunia yang datang ke Mekkah.

Seorang perempuan anggota jemaah dari Indramayu, mengaku harus berebut dengan calon haji lain dari berbagai negara untuk menaiki bus tanpa stiker negara itu.

"Kadang kami kesikut jemaah lain yang lebih besar. Sakit di sini dan sini, ketarik-tarik," kata seorang perempuan tua sambil memegang pangkal lengan kanan dan lehernya.

Lukman sendiri mengalami nasib yang sama dengan perempuan calon haji dari Indramayu itu. Ia harus berdesakan dengan penumpang dari negara lain yang badannya besar-besar.

Rasanya kok kenal

Setelah sekitar 10 menit menaiki bus Saptco, rombongan tiba di Terminal Mahbas Jin di mana Bus Shalawat telah menanti untuk membawa jemaah Indonesia ke pemondokannya.

Di terminal relatif agak sepi ini, sejumlah anggota jemaah Indonesia rupanya ada yang mengenali pria kelahiran Jakarta 25 November 1962 itu adalah Menteri Agama.

Ada yang sekadar salaman, namun lebih banyak yang meminta berfoto bareng. Begitu bus Shalawat Nomor 3 Rute Aziziah Syimaliah 2-Mahbas Jin-Bab Ali datang, acara foto-foto bersama seketika berhenti.

Mirip dengan bus sebelumnya, naik bus Shalawat pun sedikit berdesakan, apalagi Lukman memilih menggunakan bus yang sudah disesaki penumpang.

Anggota DPR tiga periode dari PPP itu langsung berdiri di lorong kursi paling belakang, lalu menyapa pasangan suami istri yang duduk di dekatnya, menanyakan asal usulnya.

"Dari Tegal, pak," jawab si pria yang belakangan diketahui bernama Mahmuri.

"Wah kalau Tegal, paling enak sate kambingnya," timpal Lukman.

Machmuri dari Kloter 54 embarkasi Solo (SOC54) akhirnya menyadari, pria di sampingnya, yang ramah menyapa calon haji itu adalah Menteri Agama Republik Indonesia.

"Dari tadi saya mikir, kok rasanya kenal bapak ini, ternyata Menteri Agama," ujarnya sumringah.

Lukman, lulusan Pesantren Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, itu membalas dengan kelakar, "Mungkin saya KW-nya pak, sekarang kan banyak KW-KW. "

"Wah kalau ini sih asli," kata Machmuri yakin, lalu berdiri dan mencondongkan tubuhnya dekat sang menteri untuk berfoto bersama.

Spontan Wakil Ketua MPR-RI 2009-2014 itu menyambut bahasa tubuh Machmuri dengan berpose layaknya dua sahabat akrab yang bertemu di dalam bus.

"Mudah-mudahan ini bisa jadi cerita kalau bapak pulang kampung nanti ya," kata Lukman sebelum turun di pemondokan 303 untuk meninjau salah satu kamar jemaah yang terbakar di penginapan itu.

Oleh Risbiani Fardaniah
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015