Surabaya (ANTARA News) - Mahasiswa Program Studi Fashion Desain dan Bisnis (FDB) Universitas Ciputra (UC) Surabaya menampilkan 45-50 karya busana bertema Mouvement de Resistance pada ajang Ciputra World Fashion Week 2015, di Ciputra World Surabaya (CWS), Sabtu.
"Ada sekitar 45 hingga 50 karya busana dari mahasiswa Universitas Ciputra semester 3 yang ditampilkan dengan tujuan untuk mempertajam intuisi dan kepekaan mahasiswa kepada industri busana yang semakin berkembang," kata Dosen Program Studi FDB Universitas Ciputra, Enrico.
Ia mengatakan koleksi busana yang ditampilkan bertema besar Mouvement de Resistance yang terinspirasi tentang lingkungan sekitar, seperti alam, flora, fauna, dan yang lainnya dengan dibagi menjadi tiga kategori yaitu Biostucture, Nocturnal Bones, dan Fundamental Inherence.
"Untuk tema Biostructure terinspirasi dari pop color dan bentuk molekul atom, sehingga koleksi tersebut akan menampilkan karya yang menyegarkan dan menyenangkan karena didominasi oleh warna-warna terang yang tebal serta warna neon," tuturnya.
Selanjutnya, tema kedua adalah Nocturnal Bones yang terinspirasi dari binatang armadilo atau trenggiling yang memiliki sisik sebagai kulit kedua yang memiliki ciri khas pola kulit sebagai unsur utama dan kulit sebagai elemen pelengkap yang didominasi warna hitam, putih, emas, dan tembaga.
"Untuk tema ketiga adalah Fundamental Inherence yang terinspirasi dari teknologi masa depan mulai dari tekstur hingga strukturnya yang didominasi warna futuristik seperti silver, hitam, dan putih dengan ciri khas koherensi di elemen geometris, baik berupa pola, pemotongan, serta siluet," paparnya.
Sementara itu, mahasiswa Program Studi Fashion Desain dan Bisnis Universitas Ciputra, Belinda Tansil, mengatakan kendala dalam mendesain busana adalah harus mencari ciri khas dari seorang perancang busana serta harus mengetahui selera pasar yang akan dituju.
"Kendalanya harus mencari ciri khas dari seorang perancang busana, ide itulah yang terkadang membuat saya harus berhenti terlebih dahulu untuk tidak mengerjakannya, selain itu saya juga harus mengetahui selera pasar yang akan dituju setelah busana saya selesai diperagakan," ungkapnya.
Menurut dia, busana rancangannya sendiri termasuk dalam kategori Nocturnal Bones yang terinspirasi dari binatang trenggiling karena dinilai binatang trenggiling sudah hampir punah karena ulah manusia yang kurang bertanggung jawab.
"Kebanyakan orang yang memeragakan busananya terinspirasi dari binatang merak, cendrawasih, buaya atau yang lainnya, namun saya lebih memilih binatang ternggiling karena keberadaan mereka sudah hampir punah, sehingga dengan adanya peragaan busana seperti ini dimaksudkan juga sebagai kampanye untuk menyelamatkan kehidupan trenggiling," katanya.
Pewarta: Indra Setiawan
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015