... pasar ponsel sudah sangat sepi karena kenaikan nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah ditambah penurunan daya beli masyarakat...Jakarta (ANTARA News) - Ketua Asosiasi Importir Seluler Indonesia, Eko Nilam, tetap mengkhawatirkan nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah tetap menguat meskipun The Federal Reserve atau bank sentral AS mempertahankan suku bunga acuannya 0,25 persen atau hampir 0 persen, Kamis waktu setempat.
The Fed bersidang 10 kali setahun dan dalam sidang di ujung 2015 ini belum memutuskan suku bunga baru, setelah suku bunga saat ini bertahan selama tujuh tahun terakhir.
Walau begitu, efek phenomenon double blows dikhawatirkan tetap terjadi, yaitu saat wacana perubahan suku bunga diungkap dan setelah perubahan itu diberlakukan.
Ekonomi global yang sedang tidak cerah ini disumbang juga akan ketidakpastian sikap The Fed dan kinerja ekonomi Amerika Serikat, dan diperparah devaluasi yuan China.
Sebagai langkah antisipasi dan penanggulangan, pemerintah Indonesia menelurkan Paket Kebijakan Ekonomi Tahap I, yang sampai saat ini belum memberi perubahan signifikan.
"Kami melihat reaksi pagi ini rupiah masih belum menguat banyak. Dengan perkembangan nilai rupiah yang tidak menguat seperti mata uang negara lain, kami tetap khawatir dolar masih akan menuju Rp15.000," kata Nilam, saat dihubungi www.antaranews.com, di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, kekhawatiran pelemahan rupiah dipastikan berdampak pada industri selular; apalagi sebelumnya kenaikan harga ponsel sudah melebihi 10 persen dalam kurun waktu dua bulan ini akibat rupiah yang terus melemah.
"Kami melihat reaksi pagi ini rupiah masih belum menguat banyak. Dengan perkembangan nilai rupiah yang tidak menguat seperti mata uang negara lain, kami tetap khawatir dolar masih akan menuju Rp15.000," kata Nilam, saat dihubungi www.antaranews.com, di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, kekhawatiran pelemahan rupiah dipastikan berdampak pada industri selular; apalagi sebelumnya kenaikan harga ponsel sudah melebihi 10 persen dalam kurun waktu dua bulan ini akibat rupiah yang terus melemah.
Bisnis telefon seluler dipastikan terdampak, terkhusus hampir semuanya merupakan komoditas elektronika yang diimpor dengan transaksi memakai mata uang asing.
"Walau pun (dampaknya) sudah tidak signifikan lagi karena pasar sudah menyesuaikan diri sebelumnya," ujar dia.
Dia katakan pasar ponsel sudah sangat sepi karena kenaikan nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah ditambah penurunan daya beli masyarakat.
Namun, dia mengaku belum dapat memprediksi kisaran kenaikan harga ponsel.
"Daya beli masyarakat sangat rendah. Sangat sulit menghitung harga jual yang cocok sat ini. Cocok artinya cocok untuk importir dan cocok untuk konsumen," jelas dia.
"Walau pun (dampaknya) sudah tidak signifikan lagi karena pasar sudah menyesuaikan diri sebelumnya," ujar dia.
Dia katakan pasar ponsel sudah sangat sepi karena kenaikan nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah ditambah penurunan daya beli masyarakat.
Namun, dia mengaku belum dapat memprediksi kisaran kenaikan harga ponsel.
"Daya beli masyarakat sangat rendah. Sangat sulit menghitung harga jual yang cocok sat ini. Cocok artinya cocok untuk importir dan cocok untuk konsumen," jelas dia.
Pewarta: Monalisa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015