Dili (ANTARA News) - Maskapai berbiaya murah Citilink Indonesia mendukung tarif avtur kompetitif agar tercipta keseimbangan harga yang memicu kegiatan operasional penerbangan menjadi lebih baik.
Vice President Corporate Communications Benny S Butarbutar kepada wartawan di Dili, Kamis menilai dengan tarif avtur yang kompetitif akan menciptakan efek yang berkelanjutan atau "multiplier effect".
"Kalau harga avtur itu turun, biaya operasional akan turun dan tidak menutup kemungkinan berpengaruh ke tarif," katanya.
Benny menambahkan dengan demikian, bisa memicu masyarakat untuk bepergian dengan pesawat serta tren pertumbuhan sektor pariwisata juga diproyeksikan akan meningkat.
"Multiplier effect-nya akan banyak ditambah kondisi rupiah sekarang yang sedang melemah, penurunan harga avtur akan sangat membantu," katanya.
Pasalnya, lanjut dia, biaya avtur menyumbang 50 persen dari biaya operasional maskapai.
"Untuk LCC (low cost carrier/ penerbangan berbiaya murah), penurunan harga avtur bisa menambah pendapatan yang bisa dialokasikan untuk meningkatkan safety and security (keselamatan dan keamanan) penerbangan," katanya.
Menurut dia, diperlukan koordinasi dari kementerian koordinator, dalam hal ini Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya yang membawahi Kementerian Perhubungan serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan menginginkan adanya kompetitor lain, dalam hal untuk menyediakan avtur bagi maskapai-maskapai mengingat harga avtur dalam negeri hanya disuplai pleh satu operator, yakni PT Pertamina (Persero).
Hal itu menyebabkan harga avtur dalam negeri kurang bersaing dan lebih tinggi 20 persen dibanding di negara-negara Asean.
PT Angkasa Pura II (Persero) mengaku mendung tarif avtur kompetitif agar harganya lebih bersaing di kawasan Asean.
Direktur Komersial AP II Faik Fahmi menilai tarif avtur yang kompetitif secara langsung juga meningkatkan daya saing bandara-bandara di Indonesia, termasuk Bandara Internasional Soekarno-Hatta, di antara bandara-bandara lain di kawasan Asean.
"Oleh sebab itu, PT Angkasa Pura II (Persero) sama sekali tidak memiliki intensi untuk membuat harga avtur menjadi tinggi di Bandara Internasional Soekarno-Hatta atau bandara lainnya, karena jelas hal tersebut bukan merupakan nilai tambah bagi perusahaan," katanya.
Terkait pendistribusian avtur di bandara, Faik menambahkan, bahwa sebagai bentuk kerjasama PT Angkasa Pura II (Persero) dengan Pertamina selaku penyedia avtur telah disepakati adanya "throughput fee" (tarif fasilitas avtur) atau konsesi.
"Adapun throughput fee ini dibayarkan oleh Pertamina karena fasilitas yang diberikan PT Angkasa Pura II (Persero) hingga avtur dapat sampai ke pesawat," katanya.
Dia menjelaskan melalui ketentuan throughput fee diatur bahwa setiap liter avtur yang terdistribusi, maka Pertamina harus membayar Rp33/liter di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, lalu Rp10/liter di Bandara Internasional Kualanamu, Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Bandara Halim Perdanakusuma Rp5/liter
"Nilai throughput fee tersebut sangat kecil porsinya apabila dibandingkan dengan total tarif avtur per liter yang dijual ke maskapai," katanya.
Pewarta: Juwita TR
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015