"Mata uang Indonesia tidak akan mendapatkan keuntungan dari kenaikan suku bunga The Fed, meski begitu antisipasi peningkatan suku bunga The Fed yang telah menekan mata uang akan berkurang," tutur Teather melalui telekonferensi di Jakarta, Kamis.
Ia memperkirakan rupiah akan terus menurun sampai The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga serta akan tertekan lagi pada 2016.
Meski begitu, ujar dia, pelemahan nilai kurs tidak selalu berdampak pada pelemahan ekonomi dan pemerintah dapat terus mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Keputusan pemerintah melonggarkan kebijakan dapat membantu pertumbuhan ekonomi di 2016, jadi kebijakan sekarang dapat membantu perbaikan ekonomi di Indonesia," kata Teather.
Sementara itu, tutur dia, antisipasi yang dilakukan Bank Indonesia, di antaranya meningkatkan suku bunga pada beberapa tahun lalu dinilainya sudah bagus.
Sedangkan untuk antisipasi yang dapat dilakukan pemerintah untuk menghadapi kenaikan suku bunga The Fed serta menghindari kondisi perekonomian memburuk, menurut dia, adalah menjalankan kebijakan yang kini sudah diambil.
Tather berpendapat, yang lebih banyak melakukan antisipasi untuk kenaikan suku bunga The Fed adalah pasar nasional dan global, misalnya dengan menarik dolar AS.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan penyesuaian suku bunga The Fed akan memberikan kepastian terkait prospek perekonomian global yang saat ini sedang dilanda kelesuan.
"Silakan kalau sudah mau mengubah (suku bunga The Fed) karena sebetulnya buat (perekonomian) dunia, tidak hanya buat Indonesia, makin cepat akan makin baik dan makin jelas (situasinya)," kata Darmin di Jakarta, Rabu.
Darmin mengatakan para pelaku pasar pasti sudah menyiapkan antisipasi terkait kenaikan suku bunga The Fed, apalagi isu penyesuaian suku bunga tersebut telah berlangsung hampir selama setahun terakhir.
Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015