Langkah ini dinilai membantu pelaku industri memproduksi batik yang sesuai tren global "kembali ke alam" dan ramah lingkungan.
"Rekan-rekan di balai besar terus mencari dan mengembangkan pewarna alami. Ini sebuah kerja keras yang berdampak luas baik terhadap perajin batik, konsumen, dan lingkungan," kata Menperin Saleh Husin melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis.
Kedepan, Menperin berharap penerapan hasil penelitian semakin banyak digunakan melalui kemitraan dengan berbagai pihak, misalnya pemerintah daerah dan perusahaan yang memiliki program Corporate Social Responsibility (CSR).
"Pewarna alami yang dikembangkan banyak menggunakan kulit dan serat kayu serta limbah industri perkebunan," ujar Menperin.
Balai ini, lanjut dia, dapat bekerja sama dengan pemda dan perusahaan seperti perkebunan yang memiliki program CSR untuk kelompok usaha dampingan.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015