Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore bergerak menguat sebesar 12 poin menjadi Rp14.447 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp14.459 per dolar AS.
"Dolar AS mengalami pelemahan terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah setelah data indeks harga konsumer (CPI) Amerika Serikat menurun sehingga memudarkan ekspektasi kenaikan suku bunga the Fed," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis.
Kendati demikian, lanjut dia, pelemahan dolar AS masih terbatas menyusul belum pastinya kebijakan the Fed untuk menaikkan suku bunganya.
Sebagian besar investor masih menunggu hasil kesimpulan pertemuan the Fed yang dijadwalkan akan dikeluarkan pada Jumat dini hari nanti.
"Hasil dari pertemuan the Fed akan terus menjadi fokus investor, jika suku bunga Fed naik potensi dolar AS kembali menguat cukup terbuka," katanya.
Sementara itu, Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova mengatakan bahwa hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) di level 7,5 persen menandakan inflasi yang masih terjaga.
Situasi itu, menurut dia, cukup berdampak positif bagi rupiah.
"Namun, sentimen utama masih dari eksternal terkait kebijakan the Fed. Diharapkan ada kepastian the Fed sehingga mengurangi spekulasi nilai tukar rupiah ke depannya," katanya.
Menurut dia, adanya kepastian the Fed dapat membuat pelaku pasar lebih mudah melakukan penyesuaian dalam menentukan investasinya.
"Indonesia yang masih memiliki fundamental ekonomi prospektif berpotensi akan kembali dilirik investor untuk masuk ke Indonesia sehingga arus masuk modal asing kembali deras," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis (17/9) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp14.452 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp14.442 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015