Kalau hanya LRT maka tidak akan efektif mengurai kemacetan,

Jakarta (ANTARA News) - Pejabat Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Jakarta mengemukakan ibu kota memerlukan banyak moda transportasi publik untuk mengatasi masalah kemacetan, selain dibarengi dengan pembatasan lalu lintas dan perluasan jalan.

"Bukan cuma Light Rail Transit (LRT), tetapi juga dibutuhkan transportasi masal lainnya, seperti kereta api, busway dan Mass Rapid Transit (MRT). Kalau hanya LRT maka tidak akan efektif mengurai kemacetan," kata Kepala Dishubtrans DKI Andri Yansyah di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, pembangunan LRT harus sejalan dengan strategi Pola Transportasi Makro (PTM), yakni pengembangan angkutan umum, pembatasan lalu lintas dan peningkatan kapasitas jalan.

Untuk pengembangan angkutan umum ada tiga moda transportasi publik yang akan dikembangkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yaitu MRT, LRT dan busway.

"Saat ini, yang baru beroperasi adalah busway. Sedangkan MRT sudah dalam pengerjaan fisik. Kemudian, LRT sudah dalam tahap perencanaan terhadap tujuh lajur yang menjadi tanggung jawab Pemprov DKI dan akan terintegrasi dengan tujuh lajur yang dikerjakan pemerintah pusat," ujar Andri.

Pemprov DKI juga harus segera menerapkan pembatasan lalu lintas dengan membatasi penggunaan kendaraan bermotor, penerapan sistem jalan berbayar elektronik atau electronic road pricing (ERP), pengendalian parkir dan fasilitas park and ride.

"Fasilitas-fasilitas park and ride harus dibangun sebanyak mungkin di wilayah perbatasan atau wilayah yang dekat dengan stasiun LRT dan MRT serta halte busway sehingga warga bisa memarkirkan kendaraannya lalu menggunakan transportasi umum," tutur Andri.

Pemprov DKI juga harus memperlebar jalan, mengembangkan jaringan jalan dan pedestrianisasi (sarana bagi pejalan kaki).

"Dengan demikian, LRT akan sangat efektif kalau semua pembangunan sarana transportasi itu berjalan beriringan dan kemacetan di Jakarta akan terurai dengan baik. Kalau tidak begitu, maka kemacetan tidak akan berkurang," ungkap Andri.

Pewarta: Cornea Khairany
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015