Dia menyarankan anggota masyarakat melakukan tes kolesterol rutin setiap tahunnya, terutama mereka yang telah berusia di atas 25 tahun.
"Kadar kolesterol (jahat) yang tinggi tak bisa dirasakan tetapi harus diperiksa," ujar Djoko dalam peluncuran kampanye "Kebiasaan Baru Turunkan Kolesterol" di Jakarta, Rabu.
"Periksa dua kali setahun setelah usia 25 tahun. Dulu disarankan setelah usia 40 tahun. Tetapi kenyataan menunjukkan yang terkena serangan jantung saat ini orang-orang di usia 30 tahunan," tambah dia.
Menurut dia, pola hidup tak sehat, terutama sejak di usia 25 tahun menjadi salah satu kontributor penyebab kolesterol jahat tinggi.
Djoko mengatakan, otot leher kaku ataupun rasa pusing setelah mengonsumsi makanan tertentu, tidak bisa menjadi indikator bahwa kadar kolesterol seseorang sedang tinggi.
Sekalipun memang makanan merupakan salah satu penyebab kolesterol jahat meningkat. "Kalau kaku leher otot, 90 persen karena kelelahan mata, bukan karena hipertensi ataupun kolesterol tinggi. Makan sate kambing juga tidak sebabkan kolesterol naik. Daging kambing tak mengandung kolesterol tinggi," kata dia.
Kolesterol jahat atau low density lipoprotein (LDL) masuk ke dalam darah melalui penyerapan makanan yang kita konsumsi.
Kolesterol ini lama kelamaan bisa menumpuk dan mengeras. Akibatnya, terjadilah penyumbatan pembuluh darah atau aterosklerosis.
"Jika terjadi aterosklerosis dan menyumbat pembuluh darah jantung, makan akan menyebabkan jantung koroner, apabila menyumbat pembuluh darah di otak, maka akan menyebabkan stroke," kata Djoko.
Kadar kolesterol dikategorikan normal bila berada pada angka di bawah 200 mg d/L, yakni terdiri dari LDL atau kolesterol jahat di bawah 130 mg d/L dan HDL atau kolesterol di atas 40 mg d/L.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015