Kita (Kemendag) tak akan gentar. Potensi pasar RRT sangatlah besar. Langkah promosi ini peluang untuk memberikan kesempatan bagi RRT mencari suplier baru dari Indonesia,"
Jakarta (ANTARA News) - Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Nus Nuzulia Ishak mengatakan pemerintah akan memperkuat pasar Indonesia di Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
"Kita (Kemendag) tak akan gentar. Potensi pasar RRT sangatlah besar. Langkah promosi ini peluang untuk memberikan kesempatan bagi RRT mencari suplier baru dari Indonesia," katanya melalui keterangan pers yang diterima Antara, Jakarta, Selasa.
Meskipun, terjadi tekanan perlambatan ekonomi global dan depresiasi Yuan, namun Kemendag tetap otimistis melihat peluang pasar di Tiongkok. Pemerintah tetapkembali melakukan promosi akan produk Indonesia.
Apalagi, ekspor nonmigas Indonesia ke Tiongkok selama lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan positif sebesar 3,02 persen.
Ia mengatakan pihaknya akan memanfaatkan setiap peluang untuk meningkatkan ekspor terutama ke pasar Tiongkok.
"Kita (Kemendag) tak akan gentar. Potensi pasar Tiongkok sangatlah besar. Langkah promosi ini peluang untuk memberikan kesempatan bagi Tiongkok mencari suplier baru dari Indonesia," tuturnya.
Untuk itu, pemerintah mulai dengan melakukan promosi pada pameran China-ASEAN Expo (CAEXPO) 2015 serta mendirikan House of Indonesia di Nanning, Tiongkok.
Melalui momentum CAEXPO 2015, pemerintah Indonesia menginisiasi suatu program baru dengan membentuk pusat distribusi atau House of Indonesia yang akan dibuka secara resmi pada 17 September 2015.
"Dengan hadirnya House of Indonesia, upaya membuka akses pasar bagi produk Indonesia di Tiongkok menjadi lebih luas," ujarnya.
House of Indonesia hadir dalam konsep galeri berbasis kerja sama bisnis ("business to business").
Sebanyak 36 pelaku usaha sektor makanan, alas kaki, sarang burung walet, tekstil dan produk tekstil, mebel, dekorasi rumah, kerajinan tangan, kosmetik dan spa, tembakau, serta perhiasan akan mengelar produknya dalam sebuah House of Indonesia/Rumah Indonesia seluas 472 meter persegi di China-ASEAN Plaza, pusat perbelanjaan yang khusus menjual berbagai produk dari negara-negara ASEAN.
CAEXPO ke-12 itu akan berlangsung pada 18-21 September 2015 di Nanning International Covention and Exhibition Center, Nanning, Tiongkok.
Bertemakan "the Maritime Silk Road of the 21st Century", CAEXPO yang diselenggarakan sejak tahun 2004 merupakan pameran tahunan sebagai hasil kesepakatan pertemuan China-ASEAN di Bali pada 2003 lalu dalam kerangka kerja perdagangan ekonomi China- ASEAN Free Trade Area (CAFTA).
Efektif Jaring Pasar
Sebanyak 103 perusahaan dari berbagai sektor atau produk dari Indonesia dalam Paviliun Komoditi seluas 2.160 meter. Dalam pameran CAEXPO, Provinsi Riau akan menggelar ragam potensi ekspor dan investasi serta pertunjukan seni budaya dalam area seluas 270 meter persegi untuk meningkatkan perdagangan, investasi, dan pariwisata.
Nus mengatakan CAEXPO sebagai pameran yang efektif untuk menjaring pasar. Hal ini tergambar dari capaian positif Paviliun Indonesia setahun lalu yang berhasil dikunjungi 30.700 orang dengan jumlah transaksi sekitar 5,3 juta dolar AS.
"Hingga kini, CAEXPO telah menjadi pameran strategis guna menjaring peluang pasar Tiongkok dan ASEAN," katanya.
Untuk memberikan nilai tambah dan mendongkrak transaksi, percakapan terkait bisnis secara langsung antara para pembeli potensial dan produsen asal Indonesia juga akan digelar saat peluncuran House of Indonesia sehingga peluang terjadinya transaksi semakin besar.
Bagi Indonesia, Tiongkok merupakan mitra dagang utama sekaligus berada di posisi puncak sebagai negara tujuan ekspor dengan total nilai perdagangan pada 2014 mencapai 48,2 miliar dolar AS, atau melebihi seperempat dari total perdagangan dengan dunia dalam waktu yang sama.
Perdagangan Indonesia-Tiongkok selama periode 2010-2014 pertumbuhan rata-rata 6,7 persen. Namun demikian, neraca perdagangan kedua negara pada tahun 2014 menunjukkan posisi defisit untuk Indonesia sebesar 13,0 miliar dolar AS.
Pada periode Januari-Juni 2015, total perdagangan kedua negara mencapai 22,3 miliar dolar AS, atau mengalami penurunan 8,96 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015