Yogyakarta (ANTARA News) - Sebanyak 150 ilmuwan Asia bertemu dalam Konferensi Ilmiah Internasional Asian Association of Learning, Inovation, and Co-evolution Studies (ASIALICS) ke-12 di Yogyakarta untuk membahas perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi negara.
"Ada 150 ilmuwan dari berbagai negara di Asia, 45 makalah ilmiah dipresentasikan di ASIALICS," kata Ketua Penyelenggara Konferensi Ilmiah Internasional ASIALICS ke-12 dan IPTEKIN ke-5 yang juga Sekretaris Utama LIPI Siti Nuramaliati Prijono di Yogyakarta, Selasa.
Selain itu 47 makalah hasil penelitian dipresentasikan di Forum Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Inovasi (IPTEKIN) ke-5 yang kebetulan dilaksanakan bersamaan.
Peserta yang hadir, menurut dia, berasal dari latar belakang yang beragam mulai dari pemerintahan, industri atau pihak swasta, akademisi, ilmuwan, hingga masyarakat yang datang dari Jepang, Korea Selatan, Thailand, Malaysia, Singapura, India, Tiongkok, Filipina, dan Hongkong.
Ia mengatakan ASIALICS ke-12 ini membahas tentang perkembangan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi yang digunakan untuk meningkatkan level negara yang berbasis pada industri sumber daya alam.
Indonesia, lanjutnya, tidak bisa lagi bergantung pada eksploitasi dan eksplorasi sumber daya alam tetapi harus didorong menjadi negara berdasar pada industri sumber daya alam yang bergerak melalui inovasi.
Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain mengatakan konferensi ini menjadi ajang pertukaran perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, inovasi di Asia.
Badan Pusat Statistik menyebutkan sumbangan industri berbasis sumber daya alam hanya 18 persen untuk Produk Domestik Bruto. Angka itu, menurut Iskandar masih jauh dari yang diharapkan.
Tingkat produktivitas di sektor industri berbasis sumber daya alam tersebut dapat dikatakan rendah.
Sangat diperlukan sentuhan inovasi dan teknologi maju untuk bisa meningkatkan performa industri berbasis sumber daya alam ini, terutama bagi negara berkembang yang lebih banyak terperangkap hanya mengandalkan sumber daya alam untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
"Padahal kondisi tersebut terkadang berdampak pada ketidakadilan ekonomi, sosial, dan lingkungan," ujar dia.
Sementara itu, Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Muhammad Dimyati mengatakan ASIALICS benar dapat menjadi forum yang mendorong pertukaran pengetahuan, hasil penelitian, dan inovasi yang sudah dilakukan di kawasan Asia.
"Jadi kita sebenarnya tidak perlu melakukan penelitian hal sama karena bisa berbagi di forum ini," katanya.
Ia mendorong melalui forum ini para peneliti dan ilmuwan mampu lebih banyak menghasilkan jurnal ilmiah hingga tingkat internasional. Lebih dari itu, jurnal ilmiah dan inovasi yang dihasilkan dapat dikembangkan hingga level komersialisasi sehingga manfaatnya dirasakan nyata untuk kemaslahatan masyarakat.
ASIALICS ke-12 yang digelar 15--16 September 2015 di Yogyakarta menghadirkan pembicara utama dari Universitas Malaya Malaysia Prof Dr Rajah Rasiah, UNU Merit PBB dan Universitas Belanda Dr Michiko Lizuka, dan dari PT Pertamina (Persero) Dr Eko Wahyu Laksono.
Sedangkan pembicara utama dari LIPI yakni Prof Dr Lukman Hakim dan Prof Dr Erman Aminullah.
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015