Sampit, Kalteng, (ANTARA News) - Titik panas atau hotspot di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah melonjak tajam yakni terpantau sebanyak 216 titik pada Senin (14/9) dan sebagian besar diperkirakan menunjukkan titik api atau kebakaran lahan. Akibatnya, pada Selasa pagi kabut asap tebal melanda wilayah ini.

"Hotspot Kotim tanggal 14 September sebanyak 216 titik. Sebarannya yaitu di Kecamatan Baamang 11 titik, Cempaga 3 titik, Cempaga Hulu 1 titik, Kotabesi 21 titik, Mentawa Baru Ketapang 12 titik, Mentaya Hilir Selatan 45 titik, Mentaya Hilir Utara 36 titik, Pulau Hanaut 11 titik, Seranau 24 titik, Telawang 6 titik dan Teluk Sampit 46 titik," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Bandara Haji Asan Sampit, Yulida Warni di Sampit, Selasa pagi.

Dilihat, titik panas tersebar di 11 kecamatan. Artinya, hanya ada enam kecamatan di Kotim yang tidak ditemukan adanya titik panas yakni Parenggean, Tualan Hulu, Bukit Santuai, Telaga Antang, Antang Kalang dan Mentaya Hulu. Keenam kecamatan ini semua berada di kawasan Utara kabupaten ini.

Sebaran titik panas terbanyak terpantau di kecamatan-kecamatan yang berada di kawasan Selatan. Yakni Teluk Sampit dan Mentaya Hilir Selatan, Mentaya Hilir Utara. Kawasan Selatan memang sudah sangat kering, bahkan kawasan ini adalah daerah paling awal dilanda kekeringan hingga krisis air bersih yang terjadi sampai saat ini.

Meningkatnya titik panas tersebut diindikasikan menunjukkan meningkatnya pula kebakaran lahan di daerah ini. Dampaknya, kabut asap yang terjadi pada Selasa pagi, lebih parah dibanding hari-hari sebelumnya.

Pantauan sekitar pukul 06:30 WIB, kabut asap sangat pekat, terlebih di kawasan Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Tjilik Riwut. Masyarakat yang beraktivitas tampak mengenakan masker dan menyalakan lampu kendaraan mereka untuk menghindari tabrakan akibat asap pekat yang mengganggu jarak pandang.

Kawasan sepanjang bantaran Sungai Mentaya juga tidak luput dari kabut asap pekat. Bahkan kawasan seberang sungai tidak terlihat akibat pekatnya kabut asap mengganggu jarak pandang yang diperkirakan hanya mampu terlihat kurang dari 100 meter.

Kapal yang hendak sandar di Pelabuhan Sampit juga terdengar lebih sering membunyikan suling atau terompet kapal untuk memberitahukan posisi mereka agar kapal-kapal lainnya bisa menghindar agar tidak terjadi tabrakan.

Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Sampit, Benny Noviandinudin mengatakan, pihaknya telah mengeluarkan surat edaran kepada nakhoda untuk mewaspadai kecelakaan akibat asap yang makin pekat.

Untuk menghindari kecelakaan, setiap kapal harus dilengkapi peralatan navigasi memadai. Jika kabut asap cukup parah dan mengganggu jarak pandang, nakhoda memang disarankan membunyikan suling kapal untuk memberi tanda kepada kapal lainnya sehingga tabrakan bisa dihindari.

Pewarta: Norjani
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015