Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Selasa pagi melemah 23 poin dari posisi terakhir kemarin menjadi Rp14.356 per dolar AS.
Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong mengatakan minimnya sentimen positif dari dalam negeri ditambah kekhawatiran pasar terhadap pelambatan ekonomi Tiongkok dan pertumbuhan global serta ketidakpastian kebijakan The Federal Reserve Amerika Serikat kembali menekan nilai tukar rupiah.
"Pekan ini seluruh pandangan akan tertuju pada sidang The Fed, hingga saat ini peluang kenaikan suku bunga AS masih menjadi perdebatan. Diharapkan rapat The Fed menghasilkan pandangan baru sehingga tidak membuat pasar kembali bergejolak," katanya.
Menurut dia, sentimen dari dalam negeri cenderung netral dan pelaku pasar sedang menanti realisasi kinerja pemerintah dalam percepatan penyerapan anggaran belanja modal guna mendorong pembangunan infrastruktur.
"Jika penyerapan anggaran maksimal maka secara fundamental ekonomi Indonesia akan membaik, situasi itu yang nantinya akan menopang mata uang rupiah terhadap dolar AS," katanya.
Analis LBP Enterprise Lucky Bayu Purnomo menambahkan suku bunga acuan The Federal Reserve saat ini di level 0,25 persen.
Ia menjelaskan, jika rapat The Federal Reserve memutuskan menaikkan suku bunga, maka potensi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali melemah cukup terbuka.
"Kalau The Fed menaikan suku bunga maka rupiah bisa ke level Rp15.000 per dolar AS dalam waktu dua atau tiga bulan ke depan, setelah itu nilai tukar rupiah dapat kembali normal cenderung menguat namun dengan catatan harus diiringi juga dengan kebijakan Bank Indonesia, salah satunya menurunkan BI rate," katanya.
Ia mengatakan penurunan BI rate bisa mendorong daya beli masyarakat. Selain itu suku bunga yang rendah dipercaya akan mendorong peningkatan kredit perbankan dan konsumsi.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015