"Kalau kita lihat paket kebijakan ekonomi Pak Presiden Jokowi sangat bagus, dan membangkitkan kembali semangat para pengusaha yang mulai lesu," ujar Nita dalam audiensi dengan media di Jakarta, Jumat.
Sayangnya, dalam paket kebijakan yang diumumkan pada Rabu (9/9) tersebut, bunga KUR dinilai masih tinggi yakni 12 persen.
"Memang sudah diturunkan dari 22 persen menjadi 12 persen, namun angka tersebut masih sangat tinggi," tambah dia.
Di sejumlah negara, lanjut Nita, bunga kredit yang dibebankan kepada pengusaha UMKM sangat kecil, malah di bawah enam persen seperti di Thailand yang memberikan bunga pinjaman 2,5 persen kepada pengusaha UMKM.
"Begitu juga dengan pajak. Untuk UMKM, seharusnya pajak dibebankan satu persen dari keuntungan bukan dari omset," cetus dia.
Nita menilai UMKM merupakan penyangga perekonomian Indonesia. UMKM terbukti tangguh menghadapi perlambatan ekonomi yang terjadi pada semester satu tahun ini.
"Karena bahan baku UMKM tidak ada yang impor, jadi kenaikan dolar tidak ada pengaruhnya. Bahkan beberapa pengusaha UMKM menyebutkan akan memperluas ekspansinya," tutur dia.
Selain itu, ada satu hal yang juga menghambat perkembangan UMKM yakni proses perizinan yang berbelit.
"Kami mengharapkan pemerintah memperhatikan kendala yang kami hadapi," ujar dia, berharap.
Pewarta: Indriani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015