Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore bergerak menguat tipis sebesar lima poin menjadi Rp14.327 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp14.332 per dolar AS.
"Penguatan rupiah cenderung maih terbatas, sifatnya hanya faktor teknikal dikarenakan pelaku pasar cenderung menanti hasil kebijakan rapat the Fed pada 16-17 September mendatang," ujar Analis LBP Enterprise Lucky Bayu Purnomo� di Jakarta, Jumat.
Saat ini, ia menambahkan bahwa suku bunga The Fed saat ini di level 0,25 persen, jika hasil keputusan rapat the Fed menaikan suku bunga maka potensi nilai tukar rupiah kembali melemah cukup terbuka.
"The Fed menaikan suku bunga maka rupiah bisa ke level Rp15.000 per dolar AS dalam waktu dua atau tiga bulan ke depan," katanya.
Ia mengharapkan bahwa ada kebijakan dari pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga the Fed. Salah satu kebijakan yang dapat dilakukan Bank Indonesia yakni mendorong daya beli masyarakat, salah satunya dengan menurunkan suku bunga acuan (BI rate).
"Ketika suku bunga diturunkan kemungkinan rupiah akan melemah namun hanya sementara, ke depan dapat menguat seiring mulai tumbuhnya daya beli masyarakat. Suku bunga yang rendah dipercaya akan mendorong kredit perbankan akan meningkat," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa harga-harga komoditi seperti emas, perak dan minyak mentah yang mulai bergerak naik meski terbatas, menekan dolar AS.
"Komoditas dan dolar AS biasanya bergerak berlawanan arah. Jika dolar AS turun, harga komoditas akan naik karena komoditas yang diukur dengan dolar AS menjadi lebih murah bagi investor," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat (11/9) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp14.306 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp14.322 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015