Makkah (ANTARA News) - Meski sudah mengikuti manasik haji di Tanah Air, sebaiknya jemaah tetap mengikuti bimbingan ibadah di Tanah Suci untuk menghilangkan keraguan saat menunaikan ibadah, kata pembimbing ibadah Daerah Kerja Makkah Prof Aswadi.
"Rangkaian ibadah ini harus benar dilakukan jemaah, tidak menimbulkan keraguan," kata Aswadi, Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, Jawa Timur.
Di Arab Saudi, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) juga menyediakan layanan manasik di setiap sektor pemodokan jemaah.
"Sekedar mengingatkan kembali praktek manasik yang sudah diberikan di Indonesia," katanya.
Ia mengatakan jemaah harus memahami proses ibadah haji yang benar, mulai dari niat berihram untuk umrah dan haji sampai saat wukuf di Arafah.
"Kalau perlu saat berniat untuk umrah dan haji dilakukan tidak sendirian, tapi bersama dengan teman, sehingga saling mengingatkan dan tidak ada keraguan," katanya.
Aswadi juga mengingatkan jemaah laki-laki agar tidak lagi mengenakan pakaian berjahit, termasuk kaus dan pakaian dalam, setelah niat berihram.
"Mereka yang paham proses ibadah haji harus saling mengingatkan, itu bentuk persaudaraan," katanya.
Ia mengingatkan pula bahwa hal-hal yang wajib dilakukan dalam ibadah haji meliputi ihram, wukuf di Arafah, thawaf ifadah, sa'i, mencukur rambut atau tahalul, dan tertib. Semua rukun haji ini harus dilakukan agar ibadah hajinya sah, kata dia.
Selain itu jemaah wajib memulai ihram dari miqat, tempat yang ditentukan untuk memulai niat ibadah haji dan umrah, kemudian melempar jumrah, mabit (menginap) di Muzdalifah, mabit di Mina, dan thawaf wada (perpisahan).
Bila ada yang ditinggalkan, ia menjelaskan, maka jemaah harus membayar dam atau denda dan hajinya tetap sah.
Aswadi juga mengingatkan jemaah agar tidak hanya berdiam diri saat wukuf, tapi berdoa agar ibadah hajinya bisa meningkatkan keimanan.
"Tanamkan dalam hati, iman kepada Allah, jangan berhenti pada saat wukuf, agar itu menjadi senjata untuk melakukan kebaikan-kebaikan setelah pulang berhaji," katanya.
Ia juga menyarankan jemaah tidak melempar jumrah dengan kebencian dan kesombongan, tapi dengan niat untuk membuang sifat-sifat buruk di dunia.
"Lempar dengan doa, sampai ruhnya terkena, ikhlas melempar yang buruk," ujarnya.
Dan saat tahalul, ia menuturkan, niatkan untuk menghilangkan keburukan dan memohon limpahan kebaikan saat memangkas rambut.
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015