"Kami sudah mendapat tawaran lahan di Karangasem, Bali, seluas delapan hektare. Namun, kami berharap bisa mendapatkan lahan yang lebih luas kira-kira 15 hektare hingga 20 hektare," kata Mamahit, saat berkunjung ke redaksi Kantor Berita ANTARA, di Jakarta, Kamis.
Perwira bintang tiga TNI AL itu mengatakan, keberadaan akademi itu untuk menjawab tantangan akan personel yang berkualitas dalam menjalankan tugas Badan Keamanan Laut. Saat ini, personel Badan Keamanan Laut di seluruh Indonesia baru mencapai 500-an orang.
"Kami berharap pada 2019, jumlah personel bisa bertambah menjadi 1.500-an orang. Coast guard Malaysia saja saat ini personelnya mencapai 5.000 orang," tuturnya.
Mamahit mengatakan sesuai dengan amanat UU Nomor 32/2014 tentang Kelautan dan Peraturan Presiden Nomor 178/2014 tentang Badan Keamanan Laut, personel badan itu terdiri atas personel tetap dan perbantuan.
Saat ini, personel Badan Keamanan Laut terdiri atas pegawai dan aparat dari pemangku kepentingan keamanan laut saat masih bernama Badan Koordinasi Keamanan Laut, yaitu berasal dari TNI, Kepolisian Indonesia, Kejaksaan Agung, Kementerian Hukum dan HAM, Ditjen Perhubungan Laut, Badan Intelijen Negara, dan lain-lain.
"Kami juga bisa merekrut aparatur sipil negara," ujarnya.
Selain mempersiapkan akademi keamanan laut, Badan Keamanan Laut juga menjalin kerja sama untuk melakukan pelatihan dengan lembaga coast guard negara lain. Kerja sama pelatihan yang sudah terlaksana antara lain dengan Amerika Serikat, Australia, Singapura, dan Malaysia.
"Banyak tawaran pelatihan bersama seperti misalnya untuk mengirim personel ke Akademi Penjaga Pantai Amerika Serikat, Jepang dan Filipina," tuturnya.
Mamahit berharap lembaga yang dia pimpin bisa menjadi lembaga penjaga pantai dan laut atau coast guard yang utuh sebagaimana yang terjadi di negara-negara lain.
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015