Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendiskusikan mengenai perkembangan, dinamika terakhir ekonomi, politik Indonesia dan meminta masukan dari 23 rektor perguruan tinggi yang hadir dalam acara makan siang bersama di Istana Negara, Jakarta, Kamis.
"Tadi diskusi macam-macam, Presiden menyampaikan, sharing, tentang perkembangan, dinamika terakhir ekonomi, politk. Kemudian Presiden juga meminta masukan dari para rektor, baik itu mengenai urusan internal pendidikan tinggi dan riset, dan juga terkait dengan masalah2 umum. Tadi bicara juga tentang percepatan anggaran, masalah pengadaan," ujar Menteri Sekertaris Negara Pratikno usai mendampingi Presiden dalam kesempatan tersebut bersama Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki.
Pratikno mengatakan bahwa pertemuan ini sudah direncanakan dari jauh-jauh hari,
"Oh ini sudah diagendakan sudah cukup lama. Ya ini sharing ide aja, jadi para rektor mengusulkan banyak hal dan juga kontribusi pendidikan tinggi untuk pembangunannya," tambah Pratikno.
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Herry Suharyanto menyatakan bahwa Presiden menyampaikan agar masyarakat untuk tetap tenang menghadapi pergolakan ekonomi Indonesia saat ini, karena kepanikan hanya akan mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional.
"Kita diskusi panjang terkait aturan-aturan seperti yang beliau sampaikan ada 1.000 persoalan dan satu per satu ditangani. Kami sampaikan dalam perspektif kami bahwa hal tersebut belum ditangani dengan baik," ujar Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Herry Suharyanto menyatakan dalam kesempatan tersebut.
Herry menyatakan bahwa dalam penerapan aturan tersebut meminta bagaimana kalau kampus-kampus tersebut diberi fasilitas.
"Kalau perguruan tinggi diberikan keleluasaan, otonomi Perguruan Tinggi, insyallah kalau kampus dibuat target kinerja jelas, dengan anggaran dan support yang tidak perlu berlebihan, kampus-kampus akan mampu selenggarakan pengambilan keputusan," tambah Pratikno.
Selain itu, Presiden juga mendiskusikan hal-hal terkait penyerapan anggaran karena ada banyak masalah yang perlu dicarikan solusi agar ketakutan yang akan ganggu serapan anggaran, yang bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
Rektor Universitas Gadja Mada (UGM) Dwikorita Karnawat juga menyatakan bahwa para rektor hanya memohon dukungan pemerintah untuk fasilitas kemudahan-kemudahan dan kepercayaan produk dalam negeri dan memberikan dana riset untuk mengejar ketertinggalan itu dengan memaksa industri dalam negeri bekerja sama dengan Perguruan Tinggi untuk riset dan pengembangan.
"Kalau kerja sama gitu kan ga untung, tapi bisa ada kompensasi pengurangan tax (pajak), sehingga produk dalam negeri bisa cepat bersaing.
Menanggapi hal tersebut, Dwikorita mengatakan bahwa respon yang diberikan oleh Presiden Jokowi sangat positif karena presiden akan berupaya untuk memfasilitasi itu.
"Ini semua tergantung kebijakan pemerintah. Supaya kita itu tidaj usah impor lagi, jadi kita bisa export. Jadi kita akan sudah dapat mengekspor produk kita ke Myanmar (pendeteksi bencana), Vietnam juga minta. Jadi kalau ada kejadian lain, kita bisa bantu secara intelektual, tidak hanya membantu dengan membagikan mie instan," ujar Dwikorita.
Untuk meningkatkan daya saing Indonesia, Dwikora mengatakan bahwa pihaknya sudah mampu membuar bahan bakar a;ternatif bio-fuel dari algae, namun harga jualnya masih lebih mahal daripada bensin, ga kompetitif.
"Kalau ada subsidi atau bantuan, harga menjadi kompetitif. Dulu bensin disubsidi sehingga bisa murah karena ada subsidi, produk kami Rp.10 ribu per liter sedangkan harga bensin Rp.6500 per liter," tambah Dwikora.
Rektor perguruan tinggi yang hadir antara lain Muhammad Anis dari Universitas Indonesia, Dwikorita Karnawat dari UGM, Kadarsa Suryadi dari ITB, Herry Suhardiyanto dari IPB sekaligus Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia dan Werry Darta Taifur dari Universitas Andalas.
Pewarta: Ageng Wibowo
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015