Beijing (ANTARA News) - Inflasi konsumen di China alias Tiongkok naik menjadi 2,0 persen pada Agustus, pemerintah mengatakan Kamis, tingkat tertinggi dalam satu tahun karena ancaman deflasi surut lebih lanjut di ekonomi terbesar kedua dunia itu.
Angka untuk indeks harga konsumen (IHK), alat pengukur utama inflasi yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional (NBS), lebih tinggi dari Juli di 1,6 persen dan terkuat sejak 2,0 persen yang sama pada Agustus tahun lalu.
Tetapi harga produsen jatuh pada laju tercepat mereka selama hampir enam tahun.
NBS mengatakan indeks harga produsen --ukuran biaya untuk barang-barang di gerbang pabrik dan indikator utama dari tren untuk IHK-- menurun 5,9 persen pada Agustus, yang terburuk sejak penurunan 7,0 persen pada September 2009.
Itu lebih curam daripada mundur 5,4 persen pada Juli dan ditandai penurunan bulanan ke-42 berturut-turut.
Inflasi yang moderat bisa menjadi keuntungan untuk konsumsi karena mendorong konsumen membeli sebelum harga naik, sementara penurunan harga mendorong mendorong konsumen menunda pembelian dan perusahaan menunda investasi, yang keduanya dapat merugikan pertumbuhan ekonomi.
Pelambatan pertumbuhan ekonomi dan penurunan harga komoditas telah membantu menjaga inflasi konsumen Tiongkok dalam kendali, dengan beberapa ekonom bahkan menyuarakan kekhawatiran tentang kemungkinan deflasi.
Angka IHK dibandingkan dengan estimasi median 1,8 persen dalam survei para ekonom oleh Bloomberg News.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015