Jakarta (ANTARA News) - Ojek berbasis aplikasi dengan kemudahan mengakses, harga yang telah ditetapkan di depan, serta fasilitas dan pelayanan, memukul cara kerja ojek pangkalan yang tradisional.
Konflik sosial pun kemudian muncul sebagai dampak pertama bagi terusiknya tukang ojek pangkalan dengan kehadiran ojek aplikasi seperti Go-Jek dan Grab Bike.
Pengamat perkoperasian Suroto menawarkan para tukang ojek untuk berkoperasi ketimbang berkonflik dengan pengojek yang terafiliasi dalam bisnis aplikasi transportasi.
"Kalau muara konflik adalah perebutan pelanggan maka sebaiknya pemerintah segera memfasilitasi mereka untuk membentuk organisasi bersama dalam bentuk koperasi. Jangan sampai dibiarkan dan meningkat eskalasi konfliknya. Melalui koperasi, konflik akibat persaingan itu bisa diubah menjadi kerja sama dan saling berbagi keuntungan," katanya.
Suroto juga meminta agar pemerintah menertibkan sistem aplikasi bisnis terutama bagi mereka yang dimiliki oleh asing dan beroperasi di Indonesia.
"Hal itu harus ditertibkan, apalagi kalau sudah ada anak negeri yang mampu membuat aplikasi sendiri maka lisensinya sebaiknya diberikan ke koperasi sebagai milik bersama," katanya.
Merespons hal itu, Kementerian Koperasi dan UKM siap memfasilitasi pelatihan bagi para tukang ojek untuk berkoperasi sekaligus meningkatkan pengetahuannya dalam bidang manajemen atau pengelolaan organisasi.
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Kemenkop Prakoso BS mengatakan pihaknya membuka fasilitasi pelatihan bagi masyarakat yang berinisiatif untuk menyelenggarakan pelatihan bagi upaya peningkatan kualitas SDM.
"Tidak terkecuali bagi para tukang ojek, kami sangat mendukung kalau mereka ingin berkoperasi," kata Prakoso.
Ia berpendapat, melalui koperasi para tukang ojek bisa memiliki pilihan untuk sejahtera bersama-sama baik secara ekonomi maupun kelembagaan.
Selain itu, dengan berkoperasi juga memungkinkan para tukang ojek untuk meningkatkan kualitas hidup karena koperasi memungkinkan kerja sama dengan pihak lain secara legal formal.
"Mereka bisa bekerja sama dengan perusahaan aplikasi kemudian bisa mereplikasi sistem kerja ojek aplikasi lalu keuntungannya untuk kesejahteraan bersama," katanya.
Ia mempersilakan bagi pihak manapun untuk menyelenggarakan pelatihan tersebut dan siap memfasilitasi dari sisi pelatih hingga modul yang dibutuhkan.
Oleh Hanni Sofia Soepardi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015