Beijing (ANTARA News) - Alun-alun Tiananmen di pusat Kota Beijing, Tiongkok, pada Rabu 3 September tampil beda.
Hari itu, untuk kelima belas kalinya parade militer digelar di Tiananmen, yang diklaim sebagai alun-alun terbesar di dunia.
Parade militer kali itu merupakan yang kali pertama digelar untuk memperingati 70 tahun kemenangan perang antifasis dunia, atau berakhirnya Perang Dunia II, sekaligus peringatan kemenangan Tiongkok atas Jepang pada masa itu.
Peringatan yang menampilkan 500 persenjataan terbaru dan modern Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (People's Liberation Army/PLA) tersebut, dihadiri Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki moon, dan sejumlah kepala negara termasuk Presiden Federasi Rusia Vladimir Putin dan Presiden Korea Selatan Park Geun-hye.
Pemerintah Republik Indonesia, mengutus Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani, untuk menghadiri perhelatan tersebut.
Sejak dini hari, pada hari pelaksanaan, seluruh personel PLA baik darat, laut, udara, maupun Pasukan Artileri Kedua serta Kepolisian telah bersiap, berbaris rapi, di sepanjang jalan Chang Nan, berikut seluruh persenjataan yang akan dipamerkan.
"Seluruh persenjataan yang ditampilkan, belum pernah ditampilkan atau dipublikasikan sebelumnya. Delapan puluh empat persen adalah terbaru, dengan teknologi modern," kata Asisten Operasi Kepala Staf Umum PLA Qu Rui.
"Dan seluruhnya adalah buatan dalam negeri," katanya, penuh kebanggaan.
Para undangan pun mulai berdatangan, dan mulai menempati kursi yang telah disediakan di enam panggung, masing-masing tiga di sisi kanan dan kiri jalan Chang Nan.
Di setiap kursi telah disediakan "goody bag" mirip "tote bag" rancangan LongCham, Perancis. Hanya "goody bag" itu asli buatan Tiongkok. Di dalamnya, terdapat minuman mineral kemasan merek "Yanjing", minyak angin "Fengyoujing", jas hujan, topi, band-aid, dan minyak angin buatan Tiongkok.
Setelah menunggu sejak pukul 05.00 waktu setempat, tepat pukul 10.00 70 dentuman meriam pun bergema, disusul dengan penaikan bendara Tiongkok diiringi lagu kebangsaan Tiongkok.
Usai bendera dinaikkan dan lagu kebangsaan dikumandangkan, Presiden Tiongkok Xi Jinping pun menggunakan limosin kenegaraan beratap terbuka, siap menginspeksi pasukan peserta parade.
Limosin kenegaraan yang digunakan adalah limosin buatan dalam negeri "Hongqi", yang berarti "Bendera Merah". Hongqi seri L5, yang diklaim sebagai mobil termahal di Tiongkok, juga digunakan pada penyelenggaraan APEC 2014, di Beijing.
Seluruh pejabat tinggi negara, para tamu undangan menggunakan "Hongqi", termasuk para kepala negara yang hadir pada APEC 2014, tak terkecuali Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
Begitu pun, seluruh tamu undangan yang hadir dalam parade militer tersebut, semua disuguhi, "diharuskan" menggunakan produk Tiongkok. Bahkan, seakan tak memperdulikan kehadiran tamu undangan dari mancanegara yang tidak paham Bahasa Mandarin, seluruh rangkaian parade pun disampaikan dalam Bahasa Mandarin, tanpa dialihbahasakan ke dalam Bahasa Inggris, sebagai bahasa internasional.
Tiongkok benar-benar menunjukkan kebanggaannya, sebagai bangsa dan negara yang besar, berdaulat, mandiri, dan kini mampu menyamakan diri sebagai kekuatan adidaya bersama Amerika Serikat.
Usai inspeksi pasukan, parade militer pun dimulai. Persenjataan terbaru dan modern Tiongkok, seperti tank tempur tipe 99A, kendaraan tempur infanteri ZBD-05, dan kendaraan taktis angkut lapis baja.
Tampil pula rudal permukaan ke udara "Hongqi-12" dan senjata panggul antipesawat, rudal balistik antikapal, rudal jelajah antikapal, serta rudal balistik nuklir antarbenua DF-5B, pesawat tanpa awak jarak jauh bersayap tetap.
Tak hanya itu, 200 pesawat jet tempur dan helikopter tampil dalam formasi terbang lintas di langit Tiananmen.
"Seluruh yang ada di perayaan itu, adalah buatan dalam negeri. Ini bentuk kebanggaan dan nasionalisme kami. Dan memang harus seperti itu untuk menjadi bangsa dan negara yang besar," kata Qu Rui.
Perhelatan akbar itu, pun disiarkan secara langsung diseluruh negeri secara 24 jam, berulang-ulang pada hari itu, baik melalui saluran televisi maupun radio.
Menteri Puan Maharani mengatakan,"kita belajar nasionalisme dan patriotisme yang tinggi dari event ini, disiplin, cinta dan bela negara,".
Oleh Rini Utami
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015