Blitar (ANTARA News) - Keluarga almarhumah Suyanti (38), TKI, yang meninggal dalam peristiwa kapal tenggelam di perairan Sabak Berenam, Selangor, Malaysia, segera memakamkan jenazahnya di Blitar, Selasa.
Irawan, salah seorang kerabat Suyanti kepada wartawan di Blitar mengatakan, keluarga sudah menyiapkan liang lahat untuk almarhumah yang akan dimakamkan pada Selasa ini.
"Ia (Suyanti) rencananya pulang, karena sudah enam tahun bekerja di Malaysia. Suaminya yang memberi kabar duka ini," katanya.
Suyanti, asal Desa Sidorejo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Jatim, menjadi salah seorang korban kapal tenggelam di wilayah perairan Sabak Berenam, Malaysia, Kamis (3/9).
Ia berencana pulang menemui keluarga setelah enam tahun bekerja di Malaysia.
Keluarga mengatakan, selama ini Suyanti bekerja menjadi tenaga kerja di Malaysia dan memang berniat pulang ke rumah, menemui anak-anaknya.
Almarhumah juga sempat memberikan kabar jika akan pulang naik perahu pada Kamis itu, sebelum naik kapal.
Namun, keluarga justru mendapatkan kabar menyedihkan tenggelamnya kapal yang dinaiki oleh almarhumah tersebut.
Suami korban Ediyansah (40) yang juga bekerja di Malaysia. Ediyansah masih dalam perjalanan dari Malaysia saat jenazah istrinya tiba di rumah duka.
Jenazah istrinya disambut dua anak mereka, Ike Yuli (13) dan Dwi Khoirinnisa (9) serta kerabat lain.
Isak tangis mewarnai kedatangan jenazah Suyanti, Senin (7/9) malam.
Sejumlah keluarga tidak dapat menahan air matanya, ketika jenazah tiba di rumah duka, bahkan terdapat keluarga yang hampir pingsan karena sedih.
Petugas dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) juga ikut mengantarkan jenazah ke rumah duka. Petugas menyerahkan secara resmi jenazah pada keluarga.
Staf Loka Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (LP3TKI) Surabaya Abdul Wakhid mengatakan kedatangannya ke rumah duka memang diperintahkan untuk mengantarkan jenazah sampai rumah duka.
Ia mengatakan semua biaya pemulangan almarhum telah ditanggung pemerintah, sehingga keluarga juga tidak terbebani dengan biaya pemulangan almarhum.
Namun, untuk masalah santunan, ia mengaku belum mengetahui dengan pasti, sebab ada petugas tersendiri yang menanganinya. Ia hanya diminta untuk mengantarkan jenazah saja.
"Untuk santunan ada petugas yang menanganinya sendiri, kami hanya sebagai pelaksana mengantarkan jenazah ke rumah duka," kata Abdul.
Pemerintah Indonesia terus berupaya mencari informasi tentang warga negara Indonesia yang menjadi korban kapal tenggelam di Perairan Selat Mayasia.
Informasi sementara, diketahui jumlah WNI yang tewas dalam kecelakaan kapal sampai Senin(7/9) mencapai 62 orang dan jenazahnya ditempatkan di beberapa rumah sakit.
Berdasarkan keterangan KBRI Kuala Lumpur yang diterima Antara di Kuala Lumpur, Senin, jenazah tersebut ditempatkan di Rumah Sakit Ipoh, RS Teluk Intan, RS Sabak Bernam, dan RS Kuala Lumpur.
Selain yang meninggal dunia, diketahui jumlah korban selamat sebanyak 20 orang. Dengan demikian, total keseluruhan korban hidup dan meninggal mencapai 82 orang.
Proses pencarian korban sampai sekarang juga masih dilakukan. Petugas sempat kesulitan indetifikasi, yang dipicu beberapa kendala, ketiadaan manifes penumpang kapal dan kondisi kapal yang saat itu tidak menjalani jalur reguler. Selain itu, penumpang kapal juga tidak saling mengenal. Kejadian ini menyulitkan tim untuk memfokuskan target pengambilan sampel DNA.
Pewarta: Destyan Hendri Sujarwoko
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015