Madrid (ANTARA News) - Menteri Dalam Negeri Spanyol, Jorge Fernandez Diaz, pada Senin mendesak pengetatan pengawasan untuk mencegah anggota kelompok garis keras ISIS memasuki Eropa dengan cara menyamar menjadi pengungsi.

"Sebagian besar di antara pengungsi memang meninggalkan negaranya karena perang dan teror. Namun, kita tidak boleh melupakan bahwa Daesh (nama lain ISIS) ada di sana dan bahwa kelompok itu mampu melakukan ancaman mereka," kata Diaz kepada surat kabar "ABC".

"Bagaimana kami dapat meragukan bahwa di antara puluhan ribu orang itu terdapat yang bukan pengungsi," kata dia menambahkan. "ABC" adalah surat kabar dikenal berpandangan konservatif.

"Selain itu, sudah sangat jelas bahwa mereka melarikan diri dari Suriah, tempat IS berdiri," kata Diaz.

"Spanyol tidak akan menolak hak setiap orang mendapatkan suaka. Namun, pengawasan harus diperketat untuk menyambut mereka," kata Diaz.

Sementara itu, kepala Komisi Eropa Jean-Claude Juncker diperkirakan akan mengumumkan rencana baru pada Rabu untuk merelokasi 120.000 pengungsi di negara-negara Eropa menurut sistem berbasis kuota wajib.

Dalam usulan Juncker tersebut, Jerman dan Prancis akan menampung hapir separuh dari pengungsi untuk meringankan beban dari Yunani, Italia, dan Hungaria. Sementara Spanyol sendiri akan menampung hampir 15.000 orang, demikian seorang sumber pejabat Uni Eropa menyatakan kepada AFP.

Sebagian besar pengungsi yang datang Ke Eropa pada beberapa waktu terakhir ini berasal dari Suriah. Mereka melarikan diri dari perang saudara yang dimulai dengan demonstrasi damai pada Maret 2011 lalu.

Perang di Suriah saat ini telah berkembang menjadi sangat rumit dan menewaskan lebih dari 240.000 orang.

Di Turki, Perdana Menteri Ahmed Davutoglu --yang negaranya saat ini menampung pengungsi dengan jumlah yang paling besar di dunia--menilai bahwa jumlah pencari suaka yang diambil Eropa masih "terlalu kecil".

(UU.G005/A/G005/A/B002)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015