Jakarta (ANTARA News) - Sekalipun terkadang tak mudah, namun membiarkan diri Anda memaafkan kesalahan orang lain bisa melindungi diri dari depresi, menurut sebuah studi dari Universitas Missouri.
Dalam studi itu, para peneliti melibatkan sekitar 1000 orang dewasa berusia lebih dari 67 tahun, untuk memahami bagaimana memaafkan bisa berpengaruh pada kesehatan mental dan depresi.
Peneliti menemukan, khususnya perempuan yang memaafkan kesalahan orang lain, cenderung berkurang risikonya mengalami depresi, terlepas apakah mereka dimaafkan orang lain ataupun tidak.
Sementara itu, pada laki-laki, berbeda halnya. Laki-laki justru dilaporkan masih mengalami depresi tinggi jika merasa tak dimaafkan orang lain, sekalipun mereka telah memaafkan orang lain.
Sebuah studi sebelumnya memperlihatkan, laki-laki dan perempuan mengatasi depresi secara berbeda. Para perempuan relatif merasa lebih lega atau bahagia saat mereka telah memaafkan dan berempati pada orang lain. Sementara laki-laki tak demikian.
"Memang tak nyaman saat kita merasa orang lain belum memaafkan kita karena suatu kesalahan. Saat kami berpikir soal karakteristik orang-orang, nampaknya orang yang pemaaf menerima fakta kalau orang lain belum memaafkan mereka," kata penulis studi, Christine Proulx dari Departemen Pembangunan Manusia dan Ilmu Keluarga, Universitas Missouri.
Menurut peneliti, semakin orang bertambah tua, mereka cenderung akan lebih memaafkan orang lain. Hal ini, khususnya bagi perempuan, bermanfaat bagi kesehatan mental mereka.
Studi sebelumnya telah menunjukkan, orang yang memaafkan orang lain lebih mungkin melupakan pengalaman-pengalaman negatif dan memberikan keleluasaan untuk fokus pada pengalaman positif.
Selain itu, memaafkan juga berdampak positif bagi kesehatan fisik seseorang. Menurut studi itu, menyimpan rasa dendam ternyata mampu menganggu kebugaran. Demikian seperti dilansir Medical Daily.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015