Jangan sampai presiden kehilangan wibawa karena Oktober 2014 lalu dia datang ke Tohor, Riau, tapi sekarang daerah dekat situ dibakar
Jakarta (ANTARA News) - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) memuji Presiden Joko Widodo yang turun ke lapangan dalam masalah bencana kabut asap yang menimpa sebagian besar Sumatera dan Kalimantan, namun meminta presiden untuk segera menyelesaikan kasus ini.

"Kami mengapresiasi Presiden kali ini cepat dan mau turun ke lapangan mengatasi masalah kabut asap," kata juru bicara walhi Mukri Friatna di Jakarta, Senin.

Mukri menyayangkan, lokasi yang pernah didatangi Presiden hampir setahun lalu di dekat Sungai Tohor, Riau, kini justru dibakar dan menjadi salah satu penyebab kabut asap.

"Presiden harus segera menangani masalah ini. Jangan sampai presiden kehilangan wibawa karena Oktober 2014 lalu dia datang ke Tohor, Riau, tapi sekarang daerah dekat situ dibakar," kata Mukri.

Mukri berharap para pelaku penyebab kabut asap  ditindak tegas, bukan hanya dikenai sanski administratif seperti sering terjadi sebelum ini.

"Presiden juga harus mencabut perijinan kalau sudah berulang melanggar dan mengevaluasi semua perijinan di lokasi yang sering terbakar, jangan sampai terjadi lagi di lokasi yang jelas-jelas pernah didatangi Presiden kemudian pelakunya tidak mendapat vonis, hanya sanksi administrasi, sebagai Presiden kok rasanya sosok kepala negara tidak disegani," kata Mukri.

Sejak 1990-an, Walhi telah melakukan advokasi dalam masalah kebakaran lahan.

"Terhadap kejadian di lima provinsi ini, Walhi sudah membuka posko pengaduan untuk kebutuhan fasilitasi gugatan class action dan kita mempertimbangkan hak konstitusi sebagai organisasi sosial untuk menempuh legal standing. Kami akan terus berjuang dan tidak bosan meski sering gagal. Istilahnya, siapa yang menanam dia yang akan menuai, kalau rajin menanam, insyallah nanti akan tumbuh," katanya.

Walhi mencatat kabut asap telah menyebabkan puluhan ribu penduduk terserang infeksi saluran pernafasan akut, meliputi 9.286 orang di Riau, di Jambi 14.602 orang, Sumatera Selatan 24.824 orang, dan Kalimantan Selatan 6.300 orang.





Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015