"Nilai tukar rupiah kembali berada di area negatif terhadap dolar AS setelah data kerja Amerika Serikat yang dirilis beragam itu, menimbulkan ketidakjelasan di kalangan pasar kapan Federal Reserve akan menaikan suku bunganya," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Senin.
Ia mengemukakan angka penggajian non pertanian atau "non farm payrolls" (NFP) meningkat namun masih di bawah estimasi, sementara tingkat pengangguran bulan Agustus turun.
Di sisi lain, lanjut dia, pelemahan sejumlah indeks manufaktur di sejumlah negara Asia seperti China dan Korea Selatan menambah sentimen negatif bagi mata uang di negara berkembang.
Dari dalam negeri, ia mengatakan pelaku pasar juga masih bersikap menunggu terhadap rilis data neraca perdagangan Indonesia periode Agustus yang akan dirilis pada peryengahan bulan September ini sehingga membuat laju rupiah tertahan kenaikannya.
"Minimnya sentimen positif baik dari dalam negeri maupun eksternal membuat laju rupiah masih mengalami tekanan," katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa melemahnya nilai tukar domestik akan mengurangi daya tarik aset investasi berdenominasi rupiah, situasi itu akan mempengaruhi investor asing di dalam negeri.
Selain itu, pelaku pasar sedang menanti data cadangan devisa pada pekan ini. Meski Bank Indonesia menyatakan level cadangan devisa saat ini cukup aman tetapi jika turun dapat mempengaruhi kenyamanan investor asing.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015