London (ANTARA News) - Satu dari tujuh perempuan di berbagai universitas di Inggris mengalami serangan fisik dan seksual serius selama mereka menjadi mahasiswi, demikian isi satu laporan yang disiarkan pada Minggu (6/9).
Menurut Xinhua, Lebih dari dua-pertiga orang yang ditanyai mengatakan mereka telah mengalami pelecehan, termasuk diraba dan mendengar komentar seksual yang tak ingin mereka dengar, selama mereka berada di kampus. Hampir satu dari delapan mahasiswi juga melaporkan bahwa mereka dikuntit saat berada di universitas.
Keterangan itu membuat Sekretaris Bisnis Pemerintah Sajid Javis pada Ahad mengumumkan bahwa satuan tugas di seluruh negeri tersebut akan didirikan guna membantu mengurangi kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan di kampus.
Departemen Urusan Bisnis, Inovasi dan Ketrampilan Pemerintah menyatakan universitas di Inggris telah diminta mendirikan dan memimpin satuan tugas baru, demikian Xinhua yang dikutip Senin pagi.
Seorang juru bicara departemen mengatakan satuan tugas itu akan bekerjasama dengan sektor pendidikan tinggi, untuk mengembangkan ketentuan tindakan guna mewujudkan perubahan budaya dan meningkatkan mekanisme penerima keluhan sehingga bisa membuat mekanisme itu jadi lebih efektif.
Satuan tugas tersebut akan bertemu pada musim gugur tahun ini dan bekerja selama priode 12 bulan.
Satu gagasannya ialah memperkenalkan "kitemark" guna mengidentifikasi universitas dan perguruan tinggi yang memberlakukan kebijakan yang berhasil guna menggulangi masalah itu. "
Survei tersebut, yang menyoroti masalah yang dihadapi mahasiswi itu dilaksanakan oleh Perhimpunan Mahasiswa Nasional.
Beberapa universitas saat ini terlibat dalam kampanye dan gagasan, seringkali bersama Perhimpunan Mahasiswa, guna membantu menjamin keselamatan mahasiswa.
Secara nasional, universitas di Inggris telah menangani masalah lain seperti apa yang disebut "lad culture" untuk menanggulangi pelecehan seksual dan kekerasan seksual di universitas.
Olivia Bailey, Pejabat NUS National Women, mengatakan, "Perempuan yang berusia 16 sampai 24 tahun memiliki resiko lebih besar mengenai mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Tapi tampaknya ada sedikit kesadaran di kalangan mashsiswa ini."
"Hampir satu dalam empat orang telah mengalami kontak seksual yang tak diinginkan. Banyak mahasiswi berjuang untuk menyelesaikan kuliah mereka tanpa mengalami kontak berupa pelecehan atau kekerasan. Apakah itu diganggu di bar Perhimpunan Mahasiswa atau, atau dilecehkan
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015