"Saat ini, pengusaha tekstil bertahan untuk merugi karena melemahnya nilai rupiah terhadap kurs dolar Amerika Serikat," kata Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Pekalongan Ricsa Mangkulla di Pekalongan, Minggu.
Menurut dia, kondisi pertekstilan kini menghadap kondisi dilematis karena bahan baku tekstil arus dibeli dengan menggunakan dolar AS tetapi setelah diproduksi dijual dengan nilai rupiah.
"Dampak hal itu maka perputaran nilai uang tidak seimbang apalagi saat ini kondisi pasar lesu," katanya.
Ia mengatakan para pengusaha tekstil kini hanya berusaha bertahan tetap berproduksi meski peluang pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap para buruh relatif terbuka.
Jika sebuah perusahaan itu mempunyai 600 alat produksi tetapi nilai produksi dengan biaya pengeluaran tidak seimbang, menurut dia, maka ratusan buruh akan terancam PHK.
"Kondisi sekarang ini memang tidak diharapkan oleh para pengusaha. Akan tetapi, karena dengan kondisi yang tidak menguntungkan maka para pengusaha akan merumahkan pekerja meski dengan terpaksa dilakukan oleh mereka," katanya.
Menurut dia, harga bahan baku, seperti kapas semula hanya mencapai Rp350.000,00 per bal kini naik menjadi Rp450.000,00/bal itu tidak seimbang lagi dengan produk jadi yang dijual.
"Kami berharap pada kebijakan Bank Indonesia agar suku bunga yang kini mencapai 14 persen dapat dikendalikan," katanya.
Pewarta: Kutnadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015