Makkah (ANTARA News) - Jamaah calon haji Indonesia diimbau agar membawa uang secukupnya saat beribadah ke Masjidil Haram guna menekan angka kehilangan uang yang banyak saat beribadah akibat ketinggalan, kecopetan, penipuan, dan lain-lain.
"Idealnya kalau mau ke Masjidil Haram bawa uang saku yang cukup untuk dua kali makan saja, sekitar 20 riyal. Itu cukup karena fasilitas transportasi ada (Bus Shalawat)," kata Kepala Seksi Perlindungan Jamaah Daerah Kerja (Daker) Makkah Panitia Penyelenggara Haji Indonesia (PPIH) 1436H/2015M, Jaetul Muchlis Basyir, di Makkah, Arab Saudi, Sabtu.
Apalagi, lanjut dia, saat ini pemondokan jamaah jauh lebih bagus dengan hotel berstandar bintang tiga atau empat. Selain itu, hotel juga juga menyiapkan tempat menyimpan barang berharga (safety box) di kamar, dan di setiap lorong kamar telah dipasang kamera tersembunyi (CCTV) untuk alasan keamanan.
"Kalau punya keinginan (belanja), survey dulu dan sesuaikan dengan uang yang dibutuhkan. Jangan bawa banyak uang ke tempat ibadah," ujar Muchlis mengimbau.
Ada kasus dini hari, Sabtu (5/9) sebuah amplop living cost (biaya hidup) tertinggal di Bus Shalawat yang mengantarkan jamaah dari pemondokan ke Masjidil Haram pulang pergi. Meskipun uang yang tertinggal dalam amplop tidak besar hanya 19 riyal, namun hal tersebut menjadi peringatan kemungkinan uang jamaah tertinggal di bus atau di tempat lain saat ibadah sangat besar.
Amplop berisi uang tersebut ditemukan petugas transportasi PPIH dan dilaporkan ke kanto Daker Makkah. Oleh karena itu, Muchlis mengimbau agar jamaah yang membawa uang dalam amplop living cost mencantumkan nama dan kloter mereka.
"Jadi kalau tercecer, kami bisa mencari dan melacak siapa pemiliknya untuk dikembalikan," ujar Muchlis. Kasus serupa, kata dia, juga terjadi tahun lalu.
Secara umum, Muchlis menilai sejauh ini potensi munculnya masalah dalam perlindungan jamaah relatif lebih sedikit, karena pengembangan strategi perlindungan dan pengamanan yang lebih ketat.
"Jamaah sesat berkurang karena arah masuk dan keluar jamaah dari dan ke Masjidil Haram kami konsentrasikan di tempat tertentu," katanya. Misalnya, terminal bus naik turun jamaah dibagi hanya pada tiga titik yaitu terminal Syib Amir, Jiyad dan Bab Ali, sehingga mudah mengarahkan jamaah dan jamaah pun mudah mengingat jalan kembali ke pemondokannya.
Calo
Lebih jauh Muchlis mengatakan potensi kerawanan justru mungkin muncul di pemondokan seiring dengan terus bertambahnya jumlah jamaah yang masuk ke Makkah. Sampai hari ke-6 kata dia sudah ada sekitar 35 ribu jamaah calon haji Indonesia di Makkah.
"Kerawanan muncul di pemondokan ketika jamaah banyak datang dan ada penawaran-penawaran jasa (calo) untuk dorongan thawaf dan sai dengan harga yang cukup tinggi," katanya.
Untuk itu, pihaknya akan mengawasi ketat agar jamaah tidak terjebak calo yang menawarkan jasa ibadah dengan harga yang tidak wajar.
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015