Sejak tahun 1995 hingga 2013, tercatat hampir semua lapangan migas Indonesia hanya menghasilkan 10 persen minyak, sementara 90 persen sisanya adalah air.
"Kalau dulu sebelum tahun 1980, kebalikannya, minyak masih 90 persen dan air paling cuma 10 persen," kata Elan dalam Edukasi dan Temu Media bersama SKK Migas dan Total E&P Indonesie di Bogor, Jawa Barat, Jumat.
Sayangnya, saat itu harga minyak dinilai masih murah yakni sekitar 10-30 dolar Amerika Serikat per barel, berbeda dengan harga minyak sekarang yang sekitar 60 dolar Amerika Serikat per barel.
Elan mengatakan migas merupakan "tulang punggung" pembangunan Indonesia sejak dulu. Namun, sekarang kapasitas produksi semakin menurun. Diperparah dengan kurang meratanya pembangunan infrastruktur migas.
Elan menambahkan, jika harga minyak dunia semakin menurun maka dikhawatirkan para kontraktor migas bisa merugi.
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015