... akan kami surati pemilik pesawat dan diumumkan, kemudian disingkirkan dari apron...

Batam, Kepulauan Riau (ANTARA News) - Otoritas Bandara Internasional Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, menunggu surat edaran dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan untuk menyingkirkan empat pesawat yang sudah tidak beroperasi dari apron.

"Informasinya pada minggu pertama September akan dikeluarkan edaran tersebut. Selanjutnya akan kami surati pemilik pesawat dan diumumkan, kemudian disingkirkan dari apron," kata Kepala Bagian Umum Bandara Internasional Hang Nadim, Suwarso, di Batam, Jumat.

Suwarso mengatakan, surat edaran itu akan menjadi dasar bagi mereka membersihkan apron dari pesawat tua.

"Rencana awal memang akhir Agustus kemarin pesawat disingkirkan. Namun edarannya belum turun, kata dia.

Empat pesawat tidak terpakai yang akan dikeluarkan tersebut adalah Sukhoi Superjet 100 milik Sky Aviation, Boeing 737-300 milik New Jatayu Air, Antonov milik Interisland, dan pesawat kargo Firstair Kargo.

Pesawat Interisland dan Firstair sudah bertahun-tahun terparkir di apron dekat terminal kargo sisi kiri Hang Nadim Batam.

Sementara Sukhoi Superjet 100 dan New Jatayu Air sudah sekitar satu tahun tidak beroperasi dan masih terparkir di apron sehingga mengganggu pesawat lain yang masih beroperasi.

"Nantinya akan disingkirkan jauh dari kawasan apron. Agar tidak mengganggu pesawat lain yang masih beroperasi," kata Suwarso.

Pada jam-jam sibuk pada pagi dan sore, kata Suwarso, apron Hang Nadim sangat padat oleh pesawat-pesawat yang menurunkan dan menaikkan penumpang.

Sejumlah pesawat, kata dia, sering harus antre sebelum asuk ke apron Hang Nadim sehingga membutuhkan waktu lebih lama sebelum bisa diparkir.

"Saat ini rata-rata per hari sudah ada 124 penerbangan di Hang Nadim. Sehingga saat puncak kepadatan pukul 09.00 WIB sampai 17.00 WIB, apron tidak lagi mampu menampung pesawat. Pesawat yang hendak masuk harus menunggu pesawat lain meninggalkan apron," kata dia.

Pewarta: Larno
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015