... mungkin bisa terbang sekitar pukul 13.00 WIB...Pekanbaru, Riau (ANTARA News) - Sebanyak 12 penerbangan rute domestik dan internasional dipastikan terganggu akibat kabut asap tebal menyelimuti Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, Riau, Jumat.
Jarak pandang kurang dari 1.200 meter secara visual dapat membahayakan proses penerbangan walau ada alat bantu navigasi modern.
Airport Duty Manager Bandara SSK II, Ibnu Hasan, di Pekanbaru, mengatakan seluruh maskapai tidak dapat lepas-landas atau mendarat sejak pagi hingga siang ini karena jarak pandang hanya berkisar 700 meter.
"Bahkan menjelang siang kabut asap terus memburuk hingga 500 meter," katanya.
Ia menjelaskan hingga kini ada dua maskapai penerbangan berjadwal yang mencoba mendarat ke SSK II Pekanbaru, Air Asia dan Citilink.
Airport Duty Manager Bandara SSK II, Ibnu Hasan, di Pekanbaru, mengatakan seluruh maskapai tidak dapat lepas-landas atau mendarat sejak pagi hingga siang ini karena jarak pandang hanya berkisar 700 meter.
"Bahkan menjelang siang kabut asap terus memburuk hingga 500 meter," katanya.
Ia menjelaskan hingga kini ada dua maskapai penerbangan berjadwal yang mencoba mendarat ke SSK II Pekanbaru, Air Asia dan Citilink.
Namun Air Asia akhirnya lebih memilih mengalihkan penerbangan ke Kuala Lumpur, sementara Citilink kembali ke Jakarta.
Sementara itu, Manager Sales Citilink Pekanbaru, Ridwan, secara terpisah mengatakan, pesawat rute Jakarta-Pekanbaru sempat berputar-putar selama satu jam di udara sebelum kembali ke Jakarta.
"Tadi pagi pukul 06.00 WIB kita mendapat informasi jarak pandang membaik hingga 1.000 meter. Pukul 07.00 WIB terus membaik hingga 1.500 meter. Untuk itu kita informasikan ke Jakarta pesawat dimungkinkan untuk terbang ke Pekanbaru," jelasnya.
Namun menjelang tiba di Pekanbaru, kabut asap justru memburuk hingga 500 meter, untuk itu pilot memutuskan berputar (holding) selama satu jam sebelum akhirnya kembali ke Jakarta. Mereka memilih kembali ke bandara keberangkatan alias return to base.
Hingga Jumat siang, kabut asap masih menyelimuti Bandara SSK II. Ratusan calon penumpang terlihat menumpuk di ruang tunggu Bandara menunggu kepastian keberangkatan.
Salah satu calon penumpang tujuan Kuala Lumpur asal Thailand, Choi, mengatakan, dia memilih menunggu karena harus kabut asap di Pekanbaru terus memburuk.
Sementara itu, Manager Sales Citilink Pekanbaru, Ridwan, secara terpisah mengatakan, pesawat rute Jakarta-Pekanbaru sempat berputar-putar selama satu jam di udara sebelum kembali ke Jakarta.
"Tadi pagi pukul 06.00 WIB kita mendapat informasi jarak pandang membaik hingga 1.000 meter. Pukul 07.00 WIB terus membaik hingga 1.500 meter. Untuk itu kita informasikan ke Jakarta pesawat dimungkinkan untuk terbang ke Pekanbaru," jelasnya.
Namun menjelang tiba di Pekanbaru, kabut asap justru memburuk hingga 500 meter, untuk itu pilot memutuskan berputar (holding) selama satu jam sebelum akhirnya kembali ke Jakarta. Mereka memilih kembali ke bandara keberangkatan alias return to base.
Hingga Jumat siang, kabut asap masih menyelimuti Bandara SSK II. Ratusan calon penumpang terlihat menumpuk di ruang tunggu Bandara menunggu kepastian keberangkatan.
Salah satu calon penumpang tujuan Kuala Lumpur asal Thailand, Choi, mengatakan, dia memilih menunggu karena harus kabut asap di Pekanbaru terus memburuk.
"Kami akan menunggu, tadi kata petugas maskapai penerbangan mungkin bisa terbang sekitar pukul 13.00 WIB," kata Choi yang merupakan bagian Kontingen Taekwondo Thailand yang mengikuti Indonesian Open Taekwondo Championship (IOTC).
Sementara tidak jarang dari calon penumpang lebih memilik untuk mengembalikan uang dan memilih menunda keberangkatan.
"Saya barusan dikembalikan biaya tiket alias refund dan menunggu kondisi asap di Pekanbaru membaik," kata Awan, calon penumpang tujuan Jogjakarta.
Sementara tidak jarang dari calon penumpang lebih memilik untuk mengembalikan uang dan memilih menunda keberangkatan.
"Saya barusan dikembalikan biaya tiket alias refund dan menunggu kondisi asap di Pekanbaru membaik," kata Awan, calon penumpang tujuan Jogjakarta.
Pewarta: Fazar Muhardi dan Anggi Romadhoni
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015