Jambi (ANTARA News) - Ribuan pelajar dari tingkat TK, SD, SMP dan SMA/sederajat di Jambi harus rela tidak bersekolah karena pekatnya kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan.
Awalnya, libur sekolah khusus dua hari untuk tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD), taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar (SD) sederajat seperti di Kota Jambi dan Kuala Tungkal, Tanjung Jabung Barat.
Kemudian, libur sekolah diperpanjang menyusul kabut asap yang semakin pekat, khususnya di Kota Jambi.
Kebijakan untuk meliburkan sekolah itu untuk mencegah anak-anak atau pelajar terserang penyakit akibat kabut asap yang menyelimuti daerah itu hampir tiga pekan terakhir.
"Karena anak-anak rentan terkena dampak kabut asap, kami sudah menginstruksikan kepada kepala sekolah dan juga ketua yayasan untuk meliburkan anak-anak hingga waktu lebih aman mereka ke sekolah," kata Wakil Wali Kota Jambi Abdullah Sani.
Jika kabut asap tidak kunjung berkurang maka aktivitas belajar dan mengajar tetap diliburkan sampai kondisinya membaik.
Kini, Pemkot Jambi menambah masa libur sekolah menjadi satu pekan menyusul bertambah pekatnya kabut asap di Ibu Kota Provinsi Jambi itu.
"Agar tidak membahayakan kesehatan khususnya anak-anak, kami kembali memutuskan libur sekolah diperpanjang menjadi enam hari. Tapi, kita lihat juga situasinya minggu depan," kata Abdullah Sani
Dampak dari musim kemarau yang mengakibatkan kabut asap dan juga indeks standar pencemaran udara (ISPU) mengganggu kesehatan, maka pihaknya mengimbau masyarakat selalu menggunakan masker.
"Khususnya untuk lansia, anak-anak dan balita serta ibu hamil karena mereka paling rentan terkena dampak penyakit infeksi saluran pernapasan atas (Ispa). Kita juga minta untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan," katanya.
Dalam mengantisipasi bencana kabut asap tersebut pemerintah menyediakan ribuan masker yang telah didistribusikan ke sejumlah puskesmas, klinik, kantor camat dan dinas kesehatan.
"Untuk mendapatkan masker, masyarakat bisa langsung mendatangi puskesmas dan klinik terdekat," katanya.
Selain itu, jika masyarakat mendapatkan gangguan kesehatan dari dampak kabut asap dan disebabkan resistensi yang tinggi terhadap buruknya kualitas udara agar segera melakukan pengobatan ke puskesmas terdekat.
"Kami minta kepada kepala kantor instansi dan perusahaan supaya berperan menyediakan masker untuk para karyawannya dan pekerjannya," kata Abdullah Sani.
Rozali, seorang guru di Kota Jambi menilai kebijakan meliburkan sekolah itu merupakan upaya pencegahan agar anak-anak tidak terserang penyakit akibat kabut asap.
"Mau apa lagi, kita berharap kabut asap bisa segera hilang dan aktivitas belajar mengajar pulih kembali. Kasihan juga jika terlalu lama libur, pelajar pasti dirugikan," katanya.
Bukan Solusi
Berbeda dengan kebijakan Pemkot Jambi yang memutuskan libur sekolah, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jambi Rahmat Derita mengatakan tidak semestinya aktivitas belajar dan mengajar diliburkan cuma karena kabut asap.
"Saya tidak setuju sekolah diliburkan karena kabut asap. Harusnya Pemda sedikit cerdas mencari solusi," katanya.
Dirinya tetap bersikukuh tidak menyetujui sekolah diliburkan, menyusul sejumlah kabupaten/kota di Provinsi Jambi yang meliburkan sekolah karena asap yang semakin tebal.
Bahkan pihaknya telah mengirim surat untuk tidak meliburkan sekolah ke dinas pendidikan kabupaten/kota.
"Memang ini kewenangan kabupaten/kota, jadi kita tak bisa berbuat apa-apa lagi kalau mereka tetap libur," katanya.
Kebijakan meliburkan sekolah itu akan berdampak terganggunya proses belajar mengajar. Sebab dalam kalender akademik sekolah, sudah disepakati jadwal libur dan jadwal belajar siswa.
Dijelaskannya, siswa akan rugi karena materi yang disampaikan dan yang sudah direncanakan oleh guru tidak tuntas. Apalagi, dalam satu semester, menurutnya, siswa harus masuk dan tidak boleh kurang dari 106 hari.
"Menurut saya, libur sekolah bukan jalan keluar. Kenapa pendidikan dikorbankan. Kalau memang dianggap berbahaya, kenapa hanya sekolah, suruh saja libur semuanya," kata Rahmat.
Ia berlasan, ketika anak-anak di rumah tidak ada jaminan terbebas dari karena polusi itu masuk ke mana-mana.
"Apakah mereka tidak akan berkeliaran main di luar rumah? Ini akan lebih berbahaya," katanya.
Sementara itu pemerintah yang didukung prajurit TNI, Polri dan relawan lainnya kini sedang berupaya memadamkan api yang membakar lahan dan hutan di sejumlah wilayah di Jambi.
Selain itu, umat Muslim seperti di Kota Jambi menggelar Shalat Istisqa atau shalat minta hujan. Shalat istisqa itu dinilai sudah saatnya dilakukan mengingat kondisi di Kota Jambi sudah mulai berdampak akibat dari musim kemarau.
"Rumput-rumput sudah mulai mati dan mengering. Artinya kalau sudah seperti ini mari kita bermunajat untuk minta diturunkan hujan," kata Abdullah Sani.
"Terima kasih untuk masyarakat Kota Jambi yang ikut bersama berdoa kepada Allah, dan dengan kemurahan Allah semoga menurunkan hujan yang memang sudah diharapkan bersama oleh masyarakat," katanya.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Jambi Tarmizi mengatakan sudah saatnya masyarakat Kota Jambi melakukan Shalat Istisqa.
"Idealnya sudah terpenuhi, karena sumur-sumur sudah mulai kering dan juga hewan ternak sudah membutuhkan turunnya hujan," kata Tarmizi.
Kemarau yang panjang dan bencana kabut asap tersebut, kata Tamizi, merupakan peringatan dari Yang Maha Kuasa dan dengan Shalat Istisqa tersebut, yakni untuk merendahkan diri di hadapan Allah SWT.
Sekiranya Shalat Istisqa tersebut belum diijabah oleh Allah SWT, pihaknya mengimbau kepada imam masjid untuk membaca doa minta hujan seusai shalat lima waktu.
Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Jambi menyebutkan akibat kabut asap pekat itu membuat udara di daerah ini masuk kategori sangat tidak sehat.
"Kabutnya sangat tebal dan pekat, kita prediksikan pencemaran udara sudah masuk diangka 200 Ppm atau kategori sangat tidak sehat," kata Kepala BLHD Kota Jambi Evi Primawati.
Karena udara di wilayah Kota Jambi sangat tidak sehat, ia mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker saat keluar rumah.
"Khusus untuk anak-anak dan balita, kalau bisa jangan diajak bepergian keluar ruangan, dan orang dewasa dianjurkan memakai masker," katanya.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jambi menyebutkan kabut asap membuat jarak pandang turun di bawah 500 meter.
"Kabut asap di wilayah Jambi lebih didominasi dari Sumatera Selatan, karena dari arah angin menuju ke Jambi, titik api di Sumsel juga banyak yang tingkat keakuratannya di atas 100 persen," kata prakirawan cuaca BMKG Bahar Abdillah.
Oleh Azhari
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015