Makkah (ANTARA News) - Layanan katering makan siang untuk jamaah selama di Makkah yang baru diberikan tahun ini menuai pujian dari sejumlah jamaah karena tidak hanya soal kualitas makanan tapi juga terkait rasa yang sesuai dengan selera orang Indonesia.
"Rasanya (masakan) cocok, sesuai selera. Alhamdulillah ada sayur, buah, dan lauk pauk," kata Suminingsih, jamaah dari Ngawi, Jawa Timur, yang tinggal di Pemondokan 625, Hotel Rahel Mina, daerah Syisyah, Makkah, Rabu.
Ia mengaku bersyukur dapat makan siang sebelum shalat dzuhur, sehingga bisa disantap segera atau setelah menunaikan shalat tersebut di Masjidil Haram.
Pemerintah cq Kementerian Agama sebagai Panitia Penyelenggara Ibadah Haji melakukan terobosan tahun ini dengan memberikan 15 kali makan siang selama jamaah calon haji Indonesia berada di Makkah, tanpa mengurangi biaya hidup (living cost) yang diberikan kepada jamaah sebesar 1.500 riyal.
Hal senada dikemukakan Titin, jamaah asal Madiun, Jawa Timur, yang menginap di pemondokan yang sama dengan Suminingsih. "Saya berterima kasih kepada pemerintah yang telah menyediakan layanan (makan siang) ini," katanya usai mendapatkan katering berisi nasi, sayur capcay, semur ayam, dan ikan tuna.
"Porsinya juga pas. Malah saya tidak habis," sambung Marlia, jamaah perempuan dari Banjarnegara.
Menu makan siang sesuai pesanan PPIH terdiri atas nasi putih (200 gram), dua potong daging sapi atau ayam (100 gram) dan ikan atau telur (60-80 gram), serta sayur-mayur seperti capcay, terong balado, tumis jagung muda, zukini kare, dan setup sayur (80 gram), dilengkapi buah seperti apel, pisang, dan jeruk, atau kurma, serta dua botol air putih masing-masing berukuran 600 ml.
Berbeda dengan para jamaah yang mengapresiasi upaya pemerintah, jamaah asal Makasar Baco Amir yang tinggal di pemondokan 601, Hotel Arkan Bakkah, mengaku porsi yang disediakan masih kurang.
"Kami ini pekerja berat, porsi makanan yang diberikan tidak cukup. Kami harus masak nasi lagi ," ujar Baco Amir yang berasal dari Kloter UPG 01.
Ia juga memprotes pemerintah yang hanya memberi makan satu kali dalam sehari selama di Makkah. "Itu artinya makan pagi dan makan malam kami harus mencari sendiri. Berapa harga sekali makan dikali berapa hari kami di sini. Seharusnya kami diberi makan tiga kali seperti di Madinah," ujarnya.
Apalagi, kata dia, kualitas pemondokan yang bagus saat ini sekelas hotel bintang tiga dan empat membuat jamaah, seperti dirinya, tidak bisa memasak sendiri.
Namun, setelah dijelaskan oleh Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah, Arsyad Hidayat, bahwa jamaah diberi biaya hidup 1.500 riyal tanpa potongan meskipun telah mendapat makan siang, kekecawaan Baco Amir mereda. Dia berharap pemerintah sebagai PPIH memberi katering untuk tiga kali makan selama di Makkah.
"Nanti akan kami sampaikan ke pimpinan dan DPR-RI," ujar Arsyad.
Lancar
Sementara itu, Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kemenag Sri Ilham Lubis mengatakan selama empat hari jamaah tiba di Makkah, layanan katering berjalan lancar meskipun baru pertama kali ini layanan katering makan siang diberikan.
"Laporan yang kami terima dari PPIH Arab saudi maupun dari kasi pengawas katering di Makkah, sampai dengan hari ini (Rabu 2/9) layanan makan siang berjalan dengan lancar, jamaah haji puas. Bahkan kalau perlu ditambah tidak hanya sekali," katanya.
Pemerintah juga mewajibkan pemilik pemondokan menyediakan ruang makan untuk jamaah, sehingga mereka nyaman menyantap makanan di luar kamar hotel, kata Sri.
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015