Hanoi (ANTARA News) - Presiden Vietnam, Rabu, mendesak dilakukan modernisasi lebih jauh angkatan bersenjata, di tengah peningkatan sengketa perairan wilayah, dalam peringatan 70 tahun kemerdekaan negara tersebut dari Prancis.
Lebih dari 30 ribu orang, mulai dari tentara hingga siswa sekolah, berbaris dalam parade di ibukota Hanoi, menandai peringatan proklamasi Republik Demokratik Vietnam oleh presiden pertama, Ho Chi Minh.
Pidato terkenalnya pada 2 September 1945 --sebagian diambil dari Pernyataan Kemerdekaan AS-- memulai masa baru perjuangan mengakhiri penjajahan Prancis hampir satu abad dan perjuangan melawan campur tangan Amerika Serikat serta menyatukan kembali Vietnam.
Dalam pidatonya di lapangan Ba Dinh, tempat sama untuk pidato Ho Chi Minh 70 tahun lalu, Presiden Vietnam Truong Tan Sang mengambil fokus pada perebutan kekuatan dunia baru di kawasan tersebut.
"Sengketa atas lautan dan pulau-pulau tengah muncul, terutama di Laut Timur," katanya, merujuk pada Laut Tiongkok Selatan dengan nama Vietnam.
Sengketa wilayah perairan tersebut merupakan ancaman langsung bagi "perdamaian, stabilitas, kedaulatan wilayah dan integritas Vietnam", tambah Sang, dan menyerukan modernisasi lebih lanjut angkatan bersenjata sehingga negara tersebut bisa lebih siap.
Setelah pernyataan Ho Chi Minh pada 1945, diperlukan sembilan tahun bagi Vietnam untuk merebut kemenangan menentukan atas Prancis di Dien Bien Phu pada 1954.
AS kemudian masuk ke dalam perang itu, berharap mencegah kemunculan Vietnam komunis.
Sebelumnya, pada tahun ini, Hanoi juga memperingati 40 tahun jatuhnya Saigon pada 30 April, yang menandai kemenangan komunis atas pasukan AS.
Partai komunis memerintah Vietnam sejak 1975 dan meski menikmati pertumbuhan ekonomi pesat dalam beberapa tahun terakhir, negara tersebut masih terjebak dalam sengketa kawasan, yang sudah berlangsung lama dengan Beijing terkait rangkaian pulau dan perairan di Laut Tiongkok Selatan.
Penguasa Vietnam berjuang menyeimbangkan kritik domestik atas penanganan sengketa dengan hubungan persahabatan dengan sesama penguasa komunis di Beijing.
Parade pada Rabu itu, yang merupakan salah satu parade terbesar di negara tersebut sejak bertahun-tahun lalu, tidak melibatkan peralatan berat militer namun merupakan bagian dari gerakan untuk menginspirasi "patriotisme, kemandirian dan aspirasi bagi perdamaian", kata penyelenggara menjelang acara tersebut.
Menurut Kementerian Luar Negeri Vietnam, Sang akan berada di Tiongkok pada Kamis untuk menghadiri parade militer kontroversial memperingati berakhirnya Perang Dunia II di Asia.
Pemimpin Barat menghindari acara tersebut dan oleh pengamat dinilai sebagai upaya Beijing menekankan semakin penting ia bagi dunia.
(S022/B002)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015