... saya perjelas, saya tidak menghimbau untuk memberikan pembiayaan yang berisiko...Jakarta (ANTARA News) - Dana Moneter Internasional (IMF) menilai perlu inovasi sektor keuangan di Asia terutama dalam hal pendalaman pasar keuangan. Gejolak ekonomi secara regional dan global sedang terjadi, dipicu devaluasi yuan China alias Tiongkok.
Indonesia juga mulai terdampak, ditandai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang utama dunia.
Direktur Pelaksana IMF, Christine Lagarde, di Jakarta, Rabu, mengatakan, sektor keuangan Asia telah mendukung tingkat pertumbuhan yang luar biasa.
Direktur Pelaksana IMF, Christine Lagarde, di Jakarta, Rabu, mengatakan, sektor keuangan Asia telah mendukung tingkat pertumbuhan yang luar biasa.
Namun sektor itu perlu mencontoh sektor manufakturnya yang secara terus-menerus berkembang ke arah nilai tambah produk lebih tinggi dan proses lebih efisien.
"Apa yang kita bicarakan adalah pendalaman sektor finansial di dalam suatu negara. Dan itu berarti pergeseran dari praktek-praktek perbankan tradisional yang berfokus pada deposito dan pinjaman komersial untuk perusahaan-perusahaan," ujar Lagarde.
Menurut Lagarde, pasar yang lebih dalam dapat membantu Asia mendapatkan manfaat dari peluang perdagangan baru, meningkatkan produktivitas angkatan kerja yang tumbuh di beberapa negara, dan saling mendukung terhadap negara yang angkatan kerjanya mulai menua.
Bagi konsumen, lanjut Lagarde, jasa keuangan yang baru dapat memberikan kredit pemilikan rumah, pembiayaan otomotif, produk asuransi, dan dana pensiun, seperti di Singapura. Dari sisi bisnis, inovasi berarti modal risiko terhadap pembiayaan bisnis awal dan ekuitas untuk memperluas bisnis perusahaan.
"Ini berarti mempeluas peran pasar saham dan obligasi, dan memungkinkan investor institusional menyediakan pendanaan jangka panjang," ujar Lagarde.
Namun, Lagarde mengingatkan, pendalaman pasar keuangan juga harus diiringi dengan sistem keuangan yang diatur baik.
"Biar saya perjelas, saya tidak menghimbau untuk memberikan pembiayaan yang berisiko. Sistem keuangan yang lebih dalam dapat menjadi perisai terhadap volatilitas, namun itu juga harus diatur baik. Itu berati kita harus tetap waspada terhadap sumber-sumber baru yang berisiko sistemik seperti shadow banking," kata Lagarde.
"Apa yang kita bicarakan adalah pendalaman sektor finansial di dalam suatu negara. Dan itu berarti pergeseran dari praktek-praktek perbankan tradisional yang berfokus pada deposito dan pinjaman komersial untuk perusahaan-perusahaan," ujar Lagarde.
Menurut Lagarde, pasar yang lebih dalam dapat membantu Asia mendapatkan manfaat dari peluang perdagangan baru, meningkatkan produktivitas angkatan kerja yang tumbuh di beberapa negara, dan saling mendukung terhadap negara yang angkatan kerjanya mulai menua.
Bagi konsumen, lanjut Lagarde, jasa keuangan yang baru dapat memberikan kredit pemilikan rumah, pembiayaan otomotif, produk asuransi, dan dana pensiun, seperti di Singapura. Dari sisi bisnis, inovasi berarti modal risiko terhadap pembiayaan bisnis awal dan ekuitas untuk memperluas bisnis perusahaan.
"Ini berarti mempeluas peran pasar saham dan obligasi, dan memungkinkan investor institusional menyediakan pendanaan jangka panjang," ujar Lagarde.
Namun, Lagarde mengingatkan, pendalaman pasar keuangan juga harus diiringi dengan sistem keuangan yang diatur baik.
"Biar saya perjelas, saya tidak menghimbau untuk memberikan pembiayaan yang berisiko. Sistem keuangan yang lebih dalam dapat menjadi perisai terhadap volatilitas, namun itu juga harus diatur baik. Itu berati kita harus tetap waspada terhadap sumber-sumber baru yang berisiko sistemik seperti shadow banking," kata Lagarde.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015