Jakarta (ANTARA News) - Pengamat makro ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Profesor Ari Kuncoro berpendapat bahwa Indonesia tidak telat dalam mengantisipasi dampak gejolak ekonomi global.
"Sebenarnya ini bukan masalah telat karena yang kita antisipasi adalah kenaikan tingkat bunga dari Amerika (the FED), tapi tiba-tiba yang meledak adalah devaluasi yuan Tiongkok," kata Ari Kuncoro usai kuliah umum oleh Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde di Kampus UI Salemba, Jakarta Pusat, Selasa.
Profesor Ari Kuncoro yang juga dekan Magister Ekonomi Manajemen FE UI menyampaikan hal tersebut untuk menanggapi beberapa pendapat yang mengemuka di media belakangan ini bahwa pemerintah Indonesia telah mengantisipasi dampak guncangan perekonomian global.
"Umpamanya, kita melihat musuh dari barat, tiba-tiba dia muncul dari timur, jadi semua kaget," kata dia.
Namun, Ari menambahkan kekagetan tersebut tidak boleh sampai menjadi permanen, oleh karena itu pemerintah Indonesia harus segera bergerak untuk mengatasi kejadian yang tidak terduga tersebut.
Ari mengatakan langkah pemerintah Indonesia untuk melakukan sinkronisasi antara sektor fiskal dengan moneter terutama dalam mengeluarkan kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi patut diapresiasi, meskipun belum menunjukkan hasil yang nyata.
"Ini butuh waktu, konsistensi dan kolaborasi semua sektor," kata dia.
Pada pertengahan Agustus lalu, pemerintah Tiongkok melakukan devaluasi mata uang yuan untuk meningkatkan ekspor dalam negeri.
Kebijakan tersebut juga berdampak pada pelemahan nilai mata uang rupiah karena Tiongkok merupakan salah satu mitra dagang terpenting Indonesia.
Melambatnya perekonomian dalam negeri juga diperparah karena di saat bersamaan, harga komoditas di pasar dunia mengalami puncak penurunan dan diproyeksikan harga-harga masih akan rendah yang berarti permintaan eksternal bagi Indonesia masih akan lemah.
Pewarta: A Fitriyanti
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015