Jakarta (ANTARA News) - Ketua MPR Zulkifli Hasan berharap, pertarungan politik dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak adalah pertarungan politik berwawasan kebangsaan.
"Pertarungan politik dalam Pilkada serentak semestinya adalah pertarungan politik yang berwawasan kebangsaan yang menguntungkan rakyat," katanya dalam seminar nasional di Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, Selasa.
Seminar bertema "Mewujudkan Partisipasi Politik Kebangsaan dalam Pemilukada Serentak yang Demokratis, Transparan, dan Anti Korupsi" ini merupakan rangkaian kegiatan Pekan Politik Kebangsan III yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik (HMJIP) Universitas Andalas.
Politik berwawasan kebangsaan, kata Zulkifli, adalah politik yang mementingkan rakyat, bukan politik yang mementingkan kelompok atau golongan. "Bukan politik pragmatis dan transaksional," katanya melalui siaran pers MPR.
Menurut Zulkifli, untuk mewujudkan pertarungan politik berwawasan kebangsaan itu maka semua perangkat dalam penyelenggaraan pilkada serentak harus berfungsi optimal.
"Seperti KPU, Bawaslu, Panwas, maupun pengawas pemilu independen," katanya.
Namun, Zulkifli mengakui bahwa bukan perkara mudah untuk memaksimalkan perangkat penyelenggara pilkada. Dia mencontohkan kasus Pilkada Surabaya.
"Tiba-tiba calon wakil walikotanya lari. KPU memutuskan calon walikota tidak memenuhi syarat," ujarnya.
Bukan hanya terjadi dalam kasus Pilkada Surabaya, tetapi juga di daerah lain. Zulkifli menyebutkan kasus pilkada di daerah Pacitan. "Ada calon yang mundur karena takut, diancam dan dibayar," katanya.
Zulkifli meminta sivitas akademika Universitas Andalas untuk mengawasi pelaksanaan Pilkada serentak. "Kasus-kasus seperti itu tidak boleh terjadi," ujarnya.
Menilik ke belakang, Zulkifli mengatakan semua itu terjadi karena tidak lagi mengimplementasikan sila keempat Pancasila.
"Sekarang satu orang satu suara. Semua melalui pertarungan dan mengabaikan musyawarah mufakat," katanya. Pertarungan itu tidak hanya di partai politik tapi juga di kalangan ormas-ormas. "Demokrasi semestinya untuk kesejahteraan rakyat. Tapi faktanya, demokrasi belum mensejahterakan rakyat. Apakah kita sudah mengarah ke sana (demokrasi untuk kesejahteraan)," pungkasnya.
Pewarta: Try Reza Essra
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015