Dialah, Muhammad Maslakil Akmal (10), anak asal Papua yang sedang mengejar mimpinya untuk menjadi atlet bulu tangkis.
Sambil menunggu giliran tampil pada audisi Djarum Beasiswa Bulu Tangkis di Kudus, Selasa, Akil --nama panggilannya-- terus bergerak.
Anak pertama dari tiga bersaudara itu mengaku banyak melatih gerak kaki dan tangannya agak bisa tampil lebih baik dan lolos ke tahap grand final.
Pasalnya, ini adalah audisi keduanya setelah ia gagal saat mengikuti audisi di Makassar 26-30 Mei lalu.
"Di Makassar saya kalah pada tahap kedua," kata anggota klub PB Bhayangkara Junior Timika itu.
Ayah Akil, Hasan Samiun, yang mendampingi anaknya mengikuti audisi memperkirakan kekalahan anak disebabkan karena ia gugup saat bertanding.
"Di Papua tidak ada gelaran bulutangkis, makanya saya bawa dia ke sini supaya merasakan gelaran besar. Audisi ini khan tingkat nasional," kata Hasan yang bekerja di PT Freeport itu.
Hasan mengatakan, audisi kali ini akan dijadikan pengalaman bagi anaknya dengan harapan ia semakin matang untuk mengikuti audisi berikutnya.
"Targetnya tahun depan dia bisa lolos. Sekarang untuk pengalaman dan menambah motivasi dia," lanjut Hasan yang menyebutkan Akil masih mempunyai tiga kesempatan mengikuti audisi karena usianya baru 10 tahun.
Taufik Hidayat
Akil yang pernah menjuarai turnamen antar sekolah sekabupaten Mimika itu mengaku mengidolakan Taufik Hidayat.
Ia mengaku mengidolakan juara Olimpiade Athena 2004 dan juara dunia 2005 itu karena Taufik mempunyai pukulan yang lengkap dengan backhand yang bagus.
Ia mengaku mengidolakan juara Olimpiade Athena 2004 dan juara dunia 2005 itu karena Taufik mempunyai pukulan yang lengkap dengan backhand yang bagus.
Dan seperti idolanya itu, Akil juga rajin melatih kekuatan tangan dan kakinya setiap hari.
Saat mengawali karirnya sebagai atlet bulu tangkis di kota kelahirannya Pangalengan, Jawa Barat, Taufik Hidayat harus melakukan skipping atau mengangkat dumbell terlebih dulu sebelum bermain.
Hasan menjelaskan, di rumah, tiga kali sehari selama 5-15 menit Akil melakukan gerakan-gerakan memukul tanpa alat untuk melatih tangannya.
Akil yang baru satu setengah tahun bergabung dengan klub bulu tangkis itu, menurut Hasan, tampak mempunyai bakat ketika ia mampu mengimbangi permainan anak-anak yang sudah lama di klub.
"Bahkan dengan anak setingkat SMA pun dia mampu mengimbangi permainannya," kata Hasan yang gembira anaknya berhasil melalui tahap awal.
Ia mengacungkan ibu jarinya saat ditanya apakah anaknya lolos penjaringan untuk maju ke tahap kedua untuk diadu dengan peserta lainnya dengan sistem gugur.
Aktivis buruh itu mengatakan akan mendukung sepenuhnya keinginan anaknya untuk menjadi atlet. Bahkan ayah-anak itu mengaku siap berpisah jika anaknya diterima di PB Djarum.
"Tidak apa-apa, saya khan punya cuti, bisa tiga kali setahun mengunjungi dia di sini," kata Hasan yang berasal dari Maluku itu.
Saat mengawali karirnya sebagai atlet bulu tangkis di kota kelahirannya Pangalengan, Jawa Barat, Taufik Hidayat harus melakukan skipping atau mengangkat dumbell terlebih dulu sebelum bermain.
Hasan menjelaskan, di rumah, tiga kali sehari selama 5-15 menit Akil melakukan gerakan-gerakan memukul tanpa alat untuk melatih tangannya.
Akil yang baru satu setengah tahun bergabung dengan klub bulu tangkis itu, menurut Hasan, tampak mempunyai bakat ketika ia mampu mengimbangi permainan anak-anak yang sudah lama di klub.
"Bahkan dengan anak setingkat SMA pun dia mampu mengimbangi permainannya," kata Hasan yang gembira anaknya berhasil melalui tahap awal.
Ia mengacungkan ibu jarinya saat ditanya apakah anaknya lolos penjaringan untuk maju ke tahap kedua untuk diadu dengan peserta lainnya dengan sistem gugur.
Aktivis buruh itu mengatakan akan mendukung sepenuhnya keinginan anaknya untuk menjadi atlet. Bahkan ayah-anak itu mengaku siap berpisah jika anaknya diterima di PB Djarum.
"Tidak apa-apa, saya khan punya cuti, bisa tiga kali setahun mengunjungi dia di sini," kata Hasan yang berasal dari Maluku itu.
Pewarta: Fitri Supratiwi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015