Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak turun lima poin menjadi Rp14.072 per dolar AS dibandingkan posisi terakhir kemarin.
"Pelaku pasar uang sedang bersikap wait and see terhadap rilis data inflasi yang akan dipublikasikan Badan Pusat Statistik hari ini seraya melepas sebagian aset rupiahnya sehingga membuat laju nilai tukar domestik kembali berada di area negatif," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada.
Ia mengatakan jika inflasi rendah maka potensi nilai tukar rupiah kembali bergerak ke area positif akan terbuka namun jika sebaliknya maka dolar AS akan semakin menguat.
"Diharapkan pelaku pasar uang waspada akan adanya pelemahan lanjutan terutama jika rilis inflasi tidak sesuai dengan perkiraan pelaku pasar," katanya.
Ia menambahkan pergerakan rupiah juga masih dibayangi oleh proyeksi data-data manufaktur global yang akan dirilis pekan ini dan diprediksi melambat.
Situasi itu dapat menjadi sinyal negatif bagi mayoritas mata uang negara berkembang dan berpotensi membuat pelaku pasar kembali beralih ke mata uang safe haven seperti dolar AS.
Leo Rinaldy dari bagian Riset Mandiri Sekuritas menambahkan angka inflasi Agustus diprediksi 0,63 persen atau lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat 0,93 persen.
Namun inflasi secara tahunan diprediksi akan naik menjadi 7,43 persen dari 7,26 persen.
"Dengan inflasi secara tahunan yang naik itu kami meyakini BI tidak mengubah BI rate 7,5 persen, itu juga karena adanya risiko eksternal," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015