Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar Rupiah yang melemah membuat sejumlah warung makan serba salah menaikkan harga untuk konsumennya.
Abdul Soman misalnya. Pemilik Warung Pecel Ayam Gang Poseng yang berada di kawasan Pasar Baru itu kebingungan menaikkan harga, meski terhimpit dengan anggaran belanja yang melambung.
"Mau menaikkan harga juga bingung karena kebanyakan yang makan di sini karyawan. Bagi-bagi rejeki sedikit lah," kata dia kepada ANTARA News, Jumat.
Lebih lanjut, Abdul mengaku harus menyisihkan uang lebih untuk berbelanja bahan pokok untuk berdagan Pecel Ayam, dari Rp 500.000 saat ini Rp 700.000. Untung yang didapatkan Abdul pun menurun dari Rp 300.000 menjadi Rp 200.000.
"Cabe mahal, tapi karena kami menjual Pecel Ayam enggak mungkin enggak pake cabe, enggak mungkin enggak pedes," ujar dia.
"Bahan pokok naik turun, tapi tidak bisa menyalahkan orang pasar juga. Semoga orang di atas dapat membantu," sambung dia.
Demikian dengan Heri, penjual nasi padang yang mengatakan uang belanja naik 30 persen. Meski begitu, dia mengaku tidak dapat berbuat banyak.
"Potongan daging diperkecil juga sudah enggak masuk sekarang ini. Penjual serba salah, pandai-pandai kita saja," kata Heri.
Hal senada juga dirasakan Ervan, pemilik warung Kaisarea. Sekalipun harga bahan baku melonjak, dia tidak berniat untuk menurunkan mutu masakan asal Manado yang dia jajakan.
"Mengurangi porsi konsumen akan berpindah, menaikkan harga konsumen akan mengeluh, ya sudah dinikmati saja," ujar Ervan.
"Mau ngeluh salah, mau menyalahkan juga salahkan siapa, semoga harga cepat normal saja," tambah dia.
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015