New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia melonjak lebih dari 10 persen pada Kamis (Jumat pagi WIB), setelah data pertumbuhan AS yang kuat mengangkat kepercayaan tentang ekonomi dan pengguna bahan bakar minyak terbesar di dunia itu.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober melompat 3,96 dolar AS menjadi berakhir pada 42,56 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, lapor AFP.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober naik 4,42 dolar AS menjadi menetap di 47,56 dolar AS per barel di perdagangan London.
Kedua kontrak WTI and Brent ditutup naik 10,3 persen dari penyelesaian Rabu.
Harga minyak AS telah berada pada atau dekat tingkat terendah enam setengah tahun sepanjang pekan, dengan WTI ditutup di bawah 40 dolar AS pada Senin lalu untuk pertama kalinya sejak 2009 dan tinggal di posisi tersebut hingga Rabu.
Reli terjadi setelah Departemen Perdagangan melaporkan ekonomi AS tumbuh pada tingkat tahunan 3,7 persen pada kuartal kedua, jauh di atas estimasi awal naik 2,3 persen.
Pertumbuhan periode April-Juni terutama didorong investasi, belanja pemerintah pusat dan daerah serta belanja konsumen yang lebih tinggi daripada yang dilaporkan dalam estimasi awal.
"Data benar-benar membangunkan orang tentang fakta bahwa negara itu (AS) sedang meningkat dan permintaan akan menjadi lebih baik," kata Carl Larry dari Frost & Sullivan.
"Kami sedang melihat banyak permintaan di sana, pertumbuhan ekonomi telah menguat. Kami sedang melihat banyak angka yang menunjukkan tanda-tanda reaksi positif."
Angka ekonomi AS yang kuat juga menambah momentum terhadap reli pasar saham global, mengangkat bursa-bursa yang telah mengalami kerugian triliunan dolar dalam sebuah gejolak selama pekan lalu.
Para analis mengatakan kontrak minyak juga diuntungkan dari faktor-faktor teknikal setelah perdagangan baru-baru ini membuat komoditas dalam keadaan "oversold" dan lama bertahan di bawah tingkat psikologis penting 40 dolar AS per barel.
"Para pembeli yang telah mundur dari mencoba menangkap penurunan dinamis sebelumnya, sekarang melangkah kembali masuk," kata Tim Evans, analis pada Citi Futures.
(Uu.A026)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015