"Saat ini, populasi ikan Pora-pora atau yang disebut ikan Bilih di perairan Danau Toba sudah berkurang hingga 80 persen. Hal tersebut telah mendekati pada tingkat waspada kepunahannya," kata Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Pemkab Tapanuli Utara Longgos Pandiangan di Tarutung, Kamis.
Longgos mengatakan pihaknya mengimbau nelayan di sekitar perairan Danau Toba untuk ikut andil dalam penyelamatan ikan Pora-pora dari kepunahan.
Ia mengatakan penyebab merosotnya populasi ikan tersebut tidak hanya disebabkan oleh adanya ikan pemangsa telur dan larva Pora-pora namun juga aktifitas penangkapan ikan oleh nelayan yang tidak terkendali.
"Jika ingin selamatkan Pora-pora dari kepunahannya nelayan harus mengendalikan aktifitas penangkapannya. Muara sungai sebagai perbatasan danau dan sungai menjadi habitat bertelur Pora-pora. Jangan melakukan penangkapan di sana," katanya.
Menurut Longgos, selain andil yang diharapkan dari nelayan, langkah penyelamatan Pora-pora dari kepunahannya di perairan Danau Toba juga sudah menyita perhatian nasional.
Baru-baru ini, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan era Presiden Megawati Sukarnoputri, Rokhmin Dahuri sudah memimpin penelitian atas fenomena yang dialami populasi Pora-pora itu
Sampel ikan Pora-pora dan ikan pemangsa telur dan larvanya yang merupakan jenis ikan Kaca-kaca atau yang biasa disebut masyarakat ikan Perak-perak, sudah diambil untuk kemudian diteliti di Jakarta.
"Menyelamatkan populasi Pora-pora ini sudah menjadi tanggung jawab bersama. Makanya, harapan kita, para nelayan juga mengendalikan diri untuk tidak lagi melakukan penangkapan ikan," katanya.
Pewarta: Juraidi/Rinto
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015