Denpasar (ANTARA News) - Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Bali Dwikora Putra mengingatkan para jurnalis supaya jangan mengambil mentah-mentah informasi yang terdapat dalam media sosial.
"Media sosial saat ini memang menjadi hal penting dan banyak hal yang bisa dijadikan bahan awal pemberitaan. Di media sosial itu ada kecepatan," kata Dwikora dalam diskusi terbuka bertajuk "Seberapa Tahannya Pancasila di Media Sosial" di Denpasar, Rabu.
Namun, ucap dia, jangan sampai informasi di media sosial ditelan mentah-mentah untuk dijadikan bahan pemberitaan, dan menjadi tugas jurnalis untuk mengecek kembali kebenaran atas data dan fakta yang tersaji.
"Kalangan pers juga harus mewaspadai informasi di media sosial, karena bisa jadi informasi itu berisi hal-hal provokatif," ujar Dwikora.
Intinya, tambah dia, dalam karya jurnalistik yang ditulis harus benar-benar fakta, berpegang pada konsep keberimbangan dan ada pengecekan kembali pada data-data yang didapatkan. Jurnalis hendaknya juga dapat memberitakan hal-hal terkait dengan penguatan nilai-nilai Pancasila.
Sementara itu, pengamat kebijakan publik Ngakan Made Giriyasa mengatakan, seringkali isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) yang malah ramai dan lebih seru diperbincangkan di media sosial daripada membahas Pancasila sebagai ideologi negara.
"Kini semestinya menjadi tugas pemerintah menjadikan media sosial sebagai peluang untuk mengakarkan nilai-nilai Pancasila," ucapnya.
Oleh karena itu, menurut Giriyasa, penting untuk memberikan sentuhan kreatif di media sosial dalam mengakarkan nilai-nilai Pancasila sehingga dapat menarik minat generasi muda pada khususnya.
Di sisi lain, akademisi dari Stikom Bali, Marlowe Bandem berpandangan hendaknya Pancasila harus tetap dijadikan sebagai perisai keberagaman meskipun saat ini dihadapkan pada era global dengan kecanggihan teknologi informasi.
"Informasi lewat media sosial yang sangat masif, memang tidak kuasa kita tolak," ucap Marlowe.
Lain lagi dengan pendapat dari Ray Misno. Perwakilan Pemuda Panca Marga itu mengingatkan bahwa lewat kecepatan teknologi informasi jangan sampai membuat penggunanya justru malah terjebak pada hal-hal negatif.
Mantan Ketua KPU Kota Denpasar itupun tidak memungkiri bahwa seringkali diskusi mengenai agama di media sosial menjadi lebih seru dan mendalam dibandingkan dengan diskusi Pancasila.
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015