Bangkok (ANTARA News) - Kepala Kepolisian Nasional Thailand Somyot Poompanmoung mengatakan pada Senin bahwa pencarian pelaku ledakan maut di pusat kota Bangkok terhalang oleh kamera-kamera keamanan yang tak berfungsi dengan maksimal.
Perburuan para tersangka masih berlangsung tujuh hari setelah ledakan, yang membunuh 20 orang --sebagian besar turis Asia-- di jantung kawasan komersial ibu kota Thailand itu dan mencederai sejumlah orang.
Tersangka utama ialah seorang pria tak dikenal dan mengenakan kaos kuning. Dari gambar CCTV yang sedang diperiksa polisi, pria itu meletakkan satu bungkusan di bawah sebuah bangku di kuil Erawan beberapa menit sebelum ledakan terjadi. Ia masih buron dan polisi masih memburu dan belum tahu motivasinya.
Somyot mengatakan petugas kepolisian bekerja "secara maksimal tanpa istirahat" untuk menangkap pelaku.
Tetapi dia menambahkan bahwa investigasi terhalang oleh berbagai keterbatasan, seperti fakta bahwa sebagian besar kamera keamanan di kota itu tidak bekerja.
"Kadangkala ada 20 kamera CCTV di satu jalan tapi hanya lima yang bekerja," kata dia kepada wartawan. "Lima belas kamera lagi rusak karena berbagai alasan."
Pihak kepolisian juga mengatakan mereka kurang memiliki teknologi yang mampu mengenali wajah siapa pengebom itu, yang gambarnya di kamera CCTV buram.
Somyot berada di bawah tekanan, baik dari publik maupun junta yang berkuasa, untuk menangkap para pelaku serangan yang mengirim gelombang ketakutan di kawasan turis yang vital itu.
Serangan yang merenggut korban jiwa tersebut termasuk terburuk di Thailand dan walaupun warga kota itu berusaha kembali ke kehidupan normal, ketegangan masih relatif tinggi.
Pada Senin, para penjinak bom bergegas ke sebuah jalan sepi di dekat jalan utama kota itu setelah seorang buruh migran Myanmar menemukan sebuah granat di tempat konstruksi.
Polisi mengatakan peledak tersebut tak ada kaitan dengan investigasi mereka dan telah dikubur.
Polisi yakin tersangka utama, yang diberi nama dalam surat penangkapan orang asing, memperoleh bantuan dari suatu jejaring, kemungkinan melibatkan sejumlah warga Thailand.
Tetapi, Somyot menyatakan dia belum memiliki informasi apakah pria itu telah meninggalkan Thailand atau belum.
"Saya katakan bahwa saya yakin dia masih di Thailand karena sebaliknya saya belum punya informasi untuk mengonfirmasinya," kata dia. Demikian laporan AFP.
(Uu.M016/T008)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015