"Kami juga akan meminta penjelasan langsung pihak PT Semen Baturaja mengenai pembangunan pabrik barunya yang berlokasi di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU)," kata Wahyu Sanjaya di sela-sela Sosialisasi Kehidupan Berbangsa dan Bernegara (Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhineka Tunggal Ika/4 pilar) yang diselenggarakan di Kampus STIKES Baturaja, Minggu.
Menurut dia, hal tersebut dilakukan karena dari informasi terdapat tenaga kerja asing yang dipekerjakan, bukan hanya tenaga ahli, melainkan juga pekerja kasar.
Hal tersebut jelas tidak diinginkannya karena di Indonesia sangat banyak tenaga kasar.
"Kalau untuk tenaga ahli dan itu dinilai minim di Indonesia tentunya dapat kita maklumi. Tetapi, kalau sampai tenaga kasarnya atau mandor ini jelas akan kita pertanyakan. Sorotan ini juga berlaku bagi perusahaan lain di Indonesia," ungkapnya.
Wakil rakyat asal daerah pemilihan (Dapil) Sumsel II ini juga mengemukakan bahwa pemerintah pernah kebobolan pada pembangunan pembangkit listrik di Bali yang mempekerjakan tenaga kerja asal Tiongkok bukan tenaga ahli.
"Kita tidak ingin hal ini terulang. Oleh karenanya Komisi VI DPR RI akan mengawasi secara ketat," tegasnya seraya mengatakan dalam waktu dekat pihaknya akan berkunjung langsung untuk menemui Direksi PT Semen Baturaja (PTSB) guna kejelasan masalah tenaga kerja asing tersebut.
Mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara, Menurut Wahyu, memang nilai-nilai kebangsaan lambat-laun terus terkikis dari generasi muda di negeri ini seperti peringatan HUT RI 17 Agustus.
Menurut pengamatan politisi Partai Demokrat ini, kesemarakannya tidak semeriah dulu. Seperti untuk bendera saja terkadang lebih mendahulukan beli pulsa.
Karena itu, kata dia, empat pilar kebangsaan yang harus ditanamkan dalam jiwa setiap warga Indonesia sejak dini, khususnya generasi muda sebagai penerus cita-cita bangsa.
"Kenapa sasarannya anak muda, karena mereka lebih mudah menyerap namun mudah juga terkontaminasi paham radikal. Kita juga berusaha menarik mereka jauh dari politik praktis dalam wawasan kebangsaan ini. Tidak ada cerita merah, kuning, biru dan lainnya, lagi pula anak muda energinya banyak, jadi kenapa tidak kita ajak," katanya.
Untuk ke depan, kata dia, sosialisasi nilai-nilai kebangsaan ini akan terus dilakukan, tidak hanya ke kalangan Perguruan Tinggi (Mahasiswa) bahkan hingga ke sekolah-sekolah.
Pewarta: Muhammad Suparni dan Edo Purmana
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015